Dulu, saya memandang"meja makan" merupakan tempat "interogasi" karena saya dan adik-adik sering ditanya tentang banyak hal setelah makan. Topik yang dibicarakan sangat beragam, mulai dari pelajaran di sekolah, kisah dengan teman, dan pengalaman sepanjang hari.
Orang tua biasanya membagikan cerita pekerjaan, berbagi kabar tentang sanak saudara, atau membahas kabar aktual yang relevan dengan kehidupan keluarga.
Tapi, siapa sangka, di atas tikar yang menjadi "meja makan" kami ini, cerita dan pengalaman terangkai menjadi pembelajaran hidup yang penting. Di sinilah kami sebagai keluarga, berkumpul dan berbagi pengalaman, jauh melampaui fungsinya sebagai tempat makan bersama.Â
Tikar ini menjadi semacam ruang publik mini di rumah kami. Di dalamnya ada komunikasi, nilai, dan pengalaman yang saling bertukar secara alami dan inklusif.
Tidak jarang pula, di meja makan, ada konflik kecil dalam keluarga yang bisa diselesaikan secara natural karena suasana yang hangat dan terbuka. Tikar "meja makan" menjadi ruang dialog, dan masing-masing anggota keluarga bisa merasa didengar dan dihargai pendapatnya.
Baca juga:Â Teman Sebaya Yang Ikut Membentuk Kepribadian Kita: Anugerah Atau Musibah?
Nilai dan Tantangan Makan Bersama
Tradisi makan bersama menjadi sarana penguatan nilai dan karakter anak. Di meja makan juga, anak-anak saya belajar tentang etika dasar, seperti sopan santun berbicara, tidak memotong pembicaraan, serta menghormati makanan dan kehadiran orang lain.Â
Seperti halnya kedua orangtua saya dahulu, saya dan isteri pun menggunakan momen makan bersama untuk menyisipkan pesan moral, berbagi pengalaman hidup, bahkan menceritakan sejarah keluarga. Kami juga makan di atas tikar sebagai pengganti meja makan.
Bagi kami, momen makan bersama di atas tikar ini, baik dulu maupun sekarang, menjadi sarana membangun identitas keluarga, menjaga kelanjutan tradisi sehingga kami memiliki rasa saling memiliki.
Namun, tantangan zaman modern, seperti faktor waktu dan kehadiran smartphone di meja makan sering menganggu kualitas momen kebersamaan ini. Karena itu, beberapa keluarga termasuk saya, berusaha membuat aturan khusus selama makan, misalnya tidak boleh menggunakan smartphone selama makan untuk memastikan bahwa waktu makan adalah waktu istimewa untuk fokus satu sama lain.Â