Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Bermutu untuk Generasi yang Tak Pernah Offline

19 September 2025   20:25 Diperbarui: 19 September 2025   20:25 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi z | Sumber: freepik

“Di era digital, bukan kita yang mencari informasi, tetapi informasi yang mengejar kita.”

Hidup siswa hari ini tidak pernah benar-benar lepas dari layar. Bangun tidur disambut notifikasi, belajar ditemani Google Search, berdiskusi pindah ke group chat, hingga hiburan pun tak lepas dari scrolling tanpa henti. Mereka adalah generasi yang tak pernah offline, generasi yang tumbuh bersama arus digital.

Namun, kemudahan akses ini juga membawa tantangan besar: fenomena information overload. Setiap hari, jutaan data menyerbu lewat media sosial, berita online, hingga konten-konten viral yang berseliweran. Tidak semua informasi itu bermanfaat, bahkan tak sedikit yang menyesatkan.

Pertanyaannya, apakah siswa kita siap menghadapi tantangan besar abad 21 hanya dengan gadget di genggaman, tanpa bekal literasi digital yang memadai?

Tantangan Abad 21 di Era Digital

Salah satu ciri utama abad 21 adalah derasnya arus informasi. Semua orang bisa berbagi opini, berita, bahkan gosip, hanya dengan sekali klik. Bagi siswa, kondisi ini ibarat berada di tengah hutan rimba: penuh pilihan, tetapi tidak semuanya aman untuk dikonsumsi.

Sebagai guru, saya sering menemukan fakta bahwa banyak siswa masih kesulitan memilah informasi. Misalnya, ketika diminta membuat presentasi, sebagian besar hanya menyalin mentah-mentah dari internet tanpa mengecek kebenaran sumber. Ada pula yang lebih percaya pada konten viral di TikTok atau Instagram ketimbang penjelasan di kelas. Pernah suatu kali, seorang siswa dengan yakin mengutip berita yang ternyata hoaks, dan ia baru menyadarinya setelah diajak menelusuri sumber aslinya.

Fenomena ini menunjukkan betapa seriusnya tantangan literasi digital. Siswa terbiasa mengonsumsi informasi cepat, tapi belum terbiasa mengkritisi. Mereka bisa share dengan mudah, tapi belum tentu bisa mempertanggungjawabkan. Jika dibiarkan, mereka berisiko tumbuh menjadi generasi yang pintar scrolling, tapi lemah dalam thinking.

Mengapa Pendidikan Bermutu Jadi Jawaban?

Pendidikan abad 21 tidak lagi bisa dipahami sebatas transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Tantangan digital menuntut pendidikan yang lebih dari itu: membekali siswa dengan kemampuan untuk berpikir kritis, memilah informasi, dan bertindak bijak.

Pendidikan bermutu adalah kunci, karena ia tidak hanya mengajarkan apa yang harus diketahui, tetapi juga bagaimana cara berpikir, merespon, dan mengambil keputusan. Dalam konteks banjir informasi, sekolah seharusnya hadir sebagai filter sekaligus kompas. Filter untuk menyaring informasi yang valid, dan kompas untuk menuntun arah agar siswa tidak tersesat dalam lautan digital.

Di sinilah literasi digital memainkan peran utama. Literasi ini bukan hanya soal bisa menggunakan teknologi, melainkan kemampuan memahami pesan, mengevaluasi kebenaran informasi, dan menggunakannya secara etis. Pendidikan bermutu mengajarkan bahwa media sosial bisa menjadi ruang belajar, bukan sekadar arena hiburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun