Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Memasuki 2021 Dikagetkan dengan Harga Tempe-Tahu

4 Januari 2021   09:07 Diperbarui: 4 Januari 2021   18:10 1645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tahu. sumber foto pexels.com

Hari ini, dalam perjalanan pulang dari bersepeda, saya mampir ke lapak tahu sumedang langganan. Kebiasaan makan tahu sumedang di pagi hari sebenarnya karena tahu merupakan camilan yang sangat cocok jika dipasangkan dengan minuman teh hangat. Sudah bertahun-tahun memang saya tidak makan nasi untuk sarapan dan menggantinya dengan makanan ringan seperti tahu, tempe, sosis solo atau camilan sejenisnya.

Tapi hari ini kok agak berbeda. Kebetulan saya sudah langganan beli tahu sumedang di tempat tersebut dan hari ini jumlah tahu yang didapat dengan uang yang sama kok jadi lebih sedikit. 

Ternyata betul apa yang saya baca di berita, harga kedelai melonjak naik dan berakibat dengan naiknya harga tempe dan tahu sebagai produk olahan kedelai. 

Lebih menguatkan lagi adalah saat biasanya penjual tahu tersebut bisa berjualan sampai sore, tapi tadi bahkan jam 12.00 saja lapaknya sudah tutup karena stok tahunya sudah tidak ada. 

Mungkin banyak yg kaget bahwa tahu tempe yang kita nikmati sehari-hari berasal dari kedelai yang merupakan produk impor. Yang nggak percaya hal tersebut berasalan bahwa tahu tempe sudah dimakan oleh bangsa kita sejak jaman indonesia masih dipimpin raja-raja bagaimana mungkin bisa impor? 

Mereka lupa bahwa jumlah penduduk saat ini juga tidak sesedikit dulu yang artinya sekarang demand lebih tinggi dari supply, di satu sisi lahan pertanian kita semakin menyusut. 

Kedelai lokal yang ditanam oleh petani kita juga kalah saing dengan kedelai impor karena ukurannya kecil-kecil. Bandingkan saja satu bulir kedelai pada tempe dengan kedelai yang dijual oleh penjual jagung rebus keliling yang biasanya menjual kedelai lokal yang dikukus masih dengan batangnya.

Tapi benarkah harga kedelai naik atau ini hanya akal-akalan pihak tertentu saja? 

Untuk mencari kebenarannya, bisa dicek sendiri oleh pembaca. Sama seperti harga komoditas yang diperdagangkan antar negara, selalu ada harga acuan yang bisa dicari. 

Komoditas seperti kedelai hampir sama dengan kopi, cengkeh, coklat dan gandum. Salah satu yang bisa dilihat adalah bloomberg.com yang menyediakan data harga acuan komoditas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun