Lee Chong Wei (LCW) mengejutkan jagad perbulutangkisan dunia karena memutuskan gantung raket, Kamis (13/6). Kondisi kesehatan memaksakan mantan pebulutangkis tunggal putra peringkat satu dunia ini berhenti dari olahraga tepuk bulu itu.
"It's hard for me to announce that I am retiring. I have discussed this with my family, but with a heavy heart I have to announce that I am retiring as health is more important," ujar LCW di Menara KBS, Putrajaya, Malaysia.
Era LCW pun berakhir. Kesehatan LCW adalah yang paling utama saat ini. Maka, hendaknya kita panjatkan juga doa dan harapan agar di masa pemulihan kesehatan dan kebersamaan dengan keluarga tercinta segala sesuatu boleh berjalan baik dan lancar.
Kita tentu sedih dan cepat atau lambat sangat merindukannya. Namun, sebenarnya apa yang paling kita rindukan setelah ini?
Menurut saya alasan yang paling utama adalah bakat dan kemampuan serta semangat dan inspirasi yang ia persembahkan dalam setiap laganya. Kita kehilangan sosok dengan kemampuan menembakkan smash keras bertubi-tubi dalam usaha merobohkan pertahanan lawan, kecepatan dan kegesitan membaca cock, footwork yang ringan, permainan netting yang apik, defense dan dive yang solid membendung serangan lawan, hingga berdiri tegak di podium dan mengangkat tropi jawara. Kita akan merindukan itu semua dalam setiap ketidakhadirannya ke depan.
Tidak ada yang meragukan LCW ketika mulai unjuk kebolehan. Di era kejayaannya, ia dikelompokan dalam fantastic four yaitu sebutan yang merujuk pada empat nama yakni LCW (Malaysia), Taufik Hidayat (Indonesia), Peter Gade (Denmark), dan Lin Dan (China) yang dikenal karena superioritas dan dominasi pada olahraga bulutangkis dunia dimulai pada era milenium awal.Â
Keempatnya adalah pemain terbaik tunggal putra yang dikenang hingga kini dan banyak menjadi idola atau role model pebulutangkis muda maupun masyarakat bulutangkis dunia. Gade dan Taufik sudah lebih dahulu pensiun, kini LCW dan tersisa Lin Dan yang tidak lain adalah rival abadi LCW sendiri.
Di usia yang tak muda untuk ukuran seorang atlet profesional bulutangkis yakni 36 tahun, pria kelahiran Perak 21 Juni 1982ini masih menjajal dan menantang kemampuan para jagoan seantero bumi. Bahkan di era keemasannya telah berlalu dan di tengah menggeliat para bintang-bintang lapangan yang muda, enerjik, dan cepat, LCW masih mampu mengangkat tropi juara seleval superseries 750 (terakhir Malaysia Open Super 750, 2018).
Oleh karenanya, ia pantas disebut salah satu pemain terbaik sepanjang masa di partai tunggal putra. Sanjungan ini didukung bukti bahwa LCW telah berhasil menguasai tahta peringkat satu tunggal putra dunia versi Badminton World Federation (BWF) selama 6 tahun (2008 -- 2014). Ia menjadi satu-satunya pemain hingga kini yang memegang rekor tersebut.
Selain itu, dedikasi, disiplin, tekad, dan konsistensinya telah membuahkan torehan prestasi dan decak kagum masyarakat bulutangkis dunia selama 19 tahun menekuni karir profesional bulutangkis. LCW telah memetik hasil 69 gelar juara individual bergengsi dan 34 sebagai runner-up. Termasuk di dalamnya dari kejuaraan paling bergengsi di muka bumi seperti 3 medali perak Olimpiade 2008, 2012, dan 2016. Kemudian 3 medali perak Kejuaraan Dunia 2011, 2013, 2015 dan 4 gelar juara All England 2010, 2011, 2014 dan 2017. Di level superseries ia mencatatkan diri sebagai pemain yang paling banyak meraih gelar superseries dibandingkan dengan siapapun sampai pensiunnya dengan 47 gelar yang membuatnya dijuluki Raja Superseries (King of Super Series).
LCW mengukir namanya dalam sejumlah rekor dunia yang belum terpecahkan dan mungkin saja sulit untuk disamai pemain lain setelahnya, beberapa diantaranya:
- Rekor satu-satunya pebulutangkis peringkat 1 dunia versi BWF selama 6 tahun (2008 -- 2014);
- Rekor pebulutangkis terbaik dunia versi BWF selama 367 minggu dimana 199 minggu secara beruntun;
- Rekor sebagai satu-satunya Olimpian (semua cabang olahraga maupun sepanjang olahraga berjalan) yang berhasil mengoleksi 3 medali perak Olimpiade (2008, 2012, 2016);
- Rekor pemain bulutangkis peraih penghargaan BWF Player of the Year awards terbanyak sebanyak 4 kali (2009, 2010, 2011, dan 2014);
- Rekor pemain non-Indonesia pertama yang menciptakan hatrik Indonesia Open;
- Rekor pemegang 12 gelar Malaysia Open (7 diantaranya diraih secara beruntun);
- Rekor pemilik superseries terbanyak yakni 43 gelar, juga rekor sepanjang masa final superseries terbanyak yakni sebanyak 66 kali;
- Rekor terbanyak pertandingan final individu sebanyak 103 kali
A Legend to Remember
LCW pantas menyandang gelar legenda hidup karena telah melakukan segala sesuatu yang terbaik. Di Malaysia tentu LCW adalah seorang pahlawan nasional. Di mata publik dunia, LCW adalah pahlawan bulutangkis. Oleh karena kontribusinya dalam memasyarakatkan bulutangkis sangatlah akbar.
Maka, Hendrawan dalam postingannya mengatakan "legend never ends, he is only changing direction." Dia hanya berhenti sebagai pebulutangkis profesional. Tetapi hidupnya adalah cerita tentang perjuangan dalam menjalani hidup dan kehidupan sejati yang tak pernah selesai untuk dibahas.
LCW manifestasi dari ungkapan pujangga, "legend never dies." Ketika meredup dan terbenam di waktu senjanya, ia justru memberikan pantulan sinar inspirasi dan motivasi kepada kita untuk tetap bersinar. Ia milik bersama, sumber kekuatan dan daya pikat. Karena itu, harapan kita juga jiwa dan semangat LCW dapat merasuki, terbatinkan dan dipedomani para pebulutangkis muda Indonesia. Apalagi menjelang Olimpiade 2020 di Tokyo.
Diujung perjalanan atlet ambisius dan penuh gairah ini, LCW layak disematkan penghargaan dan rasa terimakasih yang tinggi selamanya, barangkali mungkin tidak akan pernah sebanding dengan legasi-nya. Kiranya LCW akan tetap dikalbu siapapun. Because LCW is a legend to remember.
Terimakasih Lee Chong Wei. We always miss you. God bless you
