Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Artikel Utama

Junanto Herdiawan: Jangan Overthinking terhadap Resesi

12 November 2022   06:42 Diperbarui: 13 November 2022   18:16 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obrolan kami bergeser menuju keterkaitannya dengan resesi. Peraih penghargaan PR Awards 2022 ini menekan bahwa resesi berbeda dengan krisis. Sebab resesi merupakan pelambatan ekonomi.

"Harus dibedakan, resesi itu masalah makro ekonomi. Penyelesainnya (secara) makro," katanya.

Kemudian Junanto juga menerangkan sejatinya resesi perlu dilihat dengan menyeluruh dan secara global. Dia mencontohkan perang Rusia-Ukraina yang sampai hari ini masih terjadi serta berdampak pada kelangkaan energi. Hanya saja, negara-negara di Eropa yang paling merasakannya.

Untuk di Indonesia sendiri Junanto berpendapat juga akan berdampak, namun hanya pada level makro. "Memang akan berdampak ke Indonesia, yes, pasti. Tetapi kita akan harus membedakan kondisi sekarang tidak seperti dulu lagi. Kita punya kekuatan yang besar di sumber daya alam, ekspor kita bagus kalau lihat neraca perdaganan. Artinya kita bisa mengekspor lebih banyak daripada kita mengimpor sehingga kita punya kekuatan dasar ekonomi. Pondasi ekonomi kita lebih kuat," sebutnya.

Selain itu dijelaskannya, Indonesia memiliki kekuatan dari ekonomi digital. Hal ini dinilainya dapat menjadi penyelamat, sebagaimana pernah terjadi pada masa pandemi Covid-19 kemarin. Dengan pembayaran digital banyak UMKM di berbagai daerah sanggup bertahan dan keluar dari krisis.

Hasil riset "Navigating Indonesia's E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail" yang dikeluarkan SIRCLO, perusahaan teknologi asal Indonesia yang bergerak di bidang solusi e-commerce, sebagaimana dilansir KOMPAS.com (22/10/2021), menunjukkan hal demikian.

Dalam laporan tersebut, sebanyak 74,5 persen konsumen lebih banyak berbelanja online daripada berbelanja offline selama masa pandemi. Selain itu 17,5 persen konsumen offline mulai mencoba berbelanja secara online.

"Kan nggak bisa ketemu orang, tapi dia (UMKM) tetap bisa bikin barang, tetap bisa kirim, bayarnya pakai online. Bayangkan kalau tidak ada pembayaran digital, orang mesti ketemu bayar. Artinya dua tahun ketika pandemi itu menjadi penyelamat," terangnya.

"Jadi jangan menakut-nakuti, wah Indonesia ke depan bakal lebih parah, bakal krisis. Krisis itu memang ada, resesi di dunia memang ada, masalahnya memang berat, tetapi jangan menjadikan itu ketakutan kemudian kita menjadi kacau," imbuhnya.

Secara sederhana dia mengingatkan perlunya masyarakat untuk membelanjakan uangnya agar dapat melumasi roda perekonomian.

"Karena kalau semua orang menahan uang akan terjadi resesi. Akhirnya tidak terjadi pergerakan apa-apa. Itu yang terjadi krisis pandemi sehingga Bank Sentral di seluruh dunia membasahi uang, ada yang mencetak uang, menambah uang beredar supaya ekonominya berputar," ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun