Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Artikel Utama

Junanto Herdiawan: Jangan Overthinking terhadap Resesi

12 November 2022   06:42 Diperbarui: 13 November 2022   18:16 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesibukannya sudah terasa dalam satu tahun terakhir, utamanya sejak Indonesia menerima penyerahan keketuaan dari Perdana Menteri Italia, kala itu, Mario Draghi, kepada Presiden RI Jokowi pada KTT G20 di Roma, Italia, 31 Oktober 2021 lalu.

"G20 ini saya berperan di tim komunikasinya, bersama-sama dengan tim komunikasi Kementerian Keuangan. Karena kalau di jalur finansial itu lead-nya adalah Kementerian Keuangan. Jadi BI ini anggota, ngikut gitu lho. 'Ketuanya' Kementerian keuangan. Kita menjadi bagian dari tim komunikasi jalur finansial," katanya.

Sebagaimana dia ungkapkan, ada cukup banyak tugas yang dijalaninya ini. Mulai mengatur segala hal terkait komunikasi G20 jalur finansial dan bekerja sama dengan lintas lembaga seperti dengan Kominfo dan Kantor Staf Presiden, Junanto juga membantu penyampaian pesan-pesan G20 baik melalui kegiatan-kegiatan talkshow di TV, media briefing, hingga menyiapkan materi-materi komunikasinya.

Namun, yang cukup menantang baginya adalah menyederhanakan semua bahasa dan istilah-istilah yang berkaitan dengan G20. Membumikan yang di langit, barangkali begitu gambaran tugasnya.

"Karena tantangan terbesar di jalur finansial ini adalah bahasanya bahasa langitan, bahasa dewa. Kagak ngarti orang kalau ngomong sharing impact, global taxation. Sangat segmented dan nggak relate amat sama anak muda," ujarnya.

Harus diakui, G20 sendiri masih terdengar asing oleh sebagian besar masyarakat. Pasalnya, forum ekonomi berskala internasional ini bisa dibilang cukup tersegmentasi.

"Tetapi ada beberapa tema yang relate dengan anak muda. Misalkan pembayaran digital. Sekarang anak muda sejak pandemi pembayarannya lebih digital. Sekarang ada keinginan pembayaran lintasnegara, crossborder payment. Pembayaran digital nggak cuma di kita doang, tetapi anak muda suka traveling, jalan-jalan ke Malaysia, ke Thailand, nggak usah bawa baht, nggak usah bawa ringgit, nggak usah bawa dolar singapur, cukup bawa handphone yang ada QRIS. Nah kita kerja sama di G20, untuk mempermudah pembayaran antarnegara. Kita ke Thailand mau bayar tinggal klik. Nah itu salah satu yang relate dengan anak muda yang dibahas di G20," jelasnya.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, transformasi digital menjadi salah satu solusi utama dalam menggerakkan perekonomian nasional, utamanya di kala pandemi sekaligus telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.

Untuk itu, pemerintah melalui G20 berfokus meningkatkan kemampuan dan literasi digital guna memastikan transformasi digital yang inklusif dan dinikmati seluruh masyarakat dan juga negara secara global.

Namun, apakah transformasi digital ini akan dapat memulihkan ekonomi nasional kita? Bagaimana juga dengan isu resesi yang kabarnya akan melanda Indonesia pada 2023?

Jangan Overthinking terhadap Resesi

"Jangan overthinking terhadap resesi. Banyak membaca dan menulis lagi di Kompasiana untuk berbagi narasi-narasi optimisme," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun