Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Tiang Barbershop, Dulunya Juga Tempat Operasi Bedah

17 November 2021   05:41 Diperbarui: 17 November 2021   05:45 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Makna Tiang Barber Shop, Dulunya Tempat Operasi Bedah (sumber gambar: hai.grid.id)

Model baskom yang menutupi bagian bawah melambangkan wadah untuk menampung darah. Sementara, bagian atas fungsinya untuk menampung lintah. Tiang ini dibuat berputar melambangkan semilir angin yang dulunya meniup kain perban.

Lha, kok bisa?

Kembali ke abad pertengahan di Prancis. Tukang gunting rambut harus multi talenta, bukan hanya sekadar pekerja informal saja seperti di negara lain. Selain potong rambut, ia juga harus bisa melakukan operasi pembedahan, cabut gigi, hingga layanan penyedotan darah dengan menggunakan lintah.

Keahlian para tukang cukur rambut ini tidak datang secara otodidak. Mereka belajar ilmu medis. Tempatnya di fakultas kedokteran Paris University.

Pemerintah Prancis saat itu mengizinkan profesi barber untuk belajar ilmu kedokteran. Sebabnya karena ada paksaan dari serikat pekerja. Meskipun amatiran, namun hasil kerjaan mereka bisa diperhitungkan. Bahkan Ambroise Pare yang merupakan bapak ahli bedah modern memulai karirnya sebagai tukang gunting rambut.

Entah sejak kapan para tukang gunting rambut tidak lagi menjadi tukang bedah. Tapi, yang pasti jika masih berlaku hingga sekarang, maka barbershop akan menjadi salah satu tempat yang paling menyeramkan.

Namun, itulah kenyataannya. Tiang barbershop yang kita kenal sekarang ternyata memiliki sejarah nan unik.

Referensi: 1 2 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun