Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Istri-istri Bung Karno Marah

13 Juni 2021   06:14 Diperbarui: 13 Juni 2021   06:15 1890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Istri-Istri Bung Karno Marah (tribunnews.com)

Satu jam berlalu, Haryatie yang sudah tidak sabaran menelpon Istana Negara. Meminta agar dikirimkan mobil pengganti.  

Masih sesuai skenario. Mobil pengganti tidak datang-datang. Haryatie menelpon Istana Negara lagi. Kata-kata penghiburan ia dapatkan. Mohon bersabar, suasana Jakarta macet.

Untungnya setengah jam kemudian, mobil "ngadat" tersebut berhasil dinyalakan. Tersebab sudah ada skenario lain pengganti.

Mobil melaju melewati halaman rumah yang cukup luas dan panjang. Sebuah mobil truk mogok berada pas di depan pintu gerbang.

Supirnya entah kemana. Judulnya mirip sinetron azab: Terjepit Liang Lahat, Tersapu Banjir, dan Tersambar Listrik. Seperti itulah perasaan Haryatie.

Singkat cerita, Haryatie tidak jadi melabrak Sang Bung dan istrinya yang lain. Dengan marah, ia kembali masuk ke dalam rumahnya.

Sorenya, Soekarno datang ke Slipi. Menangislah Haryatie tersedu-sedu. Mengutarakan kekesalannya terhadap skenario yang tak pernah ia tahu.

Mendengar kekesalan hati istri tercinta, Soekarno murka. Dikumpulkannya seluruh ajudan, supir, dan pengawal pribadinya. Semuanya dimaki. Semuanya terdiam. Terkecuali kepuasan yang terlihat dari wajah Haryatie.

"Ah, itu hanya sandiwara Bung Karno. Ia harus marah agar Haryatie tidak marah," pungkas Bambang dalam bukunya.

**

Di lain waktu, Bambang pernah juga menjadi sasaran amarah Ratna Sari Dewi. Kisahnya terjadi di Jepang. Kala itu, Bung Karno beserta rombongan diundang makan malam oleh seorang tokoh penting di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun