Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Doyan Makanan Korea? Hati-hati Santet

6 Maret 2021   10:47 Diperbarui: 6 Maret 2021   10:55 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: Kompas.com)

Gelombang Korea menyerang Indonesia. Mulai dari K-Pop hingga Drakor. Gaya hidup pun berubah. Wajah korea-korean enak dilihat. Fesyen ala korea menjadi tren. Tidak luput juga makanan khas korea.

Apakah gelombang korea sedimikian hebatnya sehingga bisa memengaruhi selera makanan seseorang? Saya tidak suka kimchi, hingga kini tidak mau coba lagi. Istri tersayang dulunya tidak juga suka gochujang, tapi sekarang tergila-gila. Apakah yang terjadi?

Indra Perasa Sebagai Mekanisme Pertahanan

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: idntimes.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: idntimes.com)
Indra perasa kita memang berbeda-beda. Berbagai alasan bisa menjelaskannya. Mulai dari masalah biologis higga psikologis. Ternyata masalah selera makan jauh lebih kompleks daripada sekedar menonton drama korea.

Racun berbahaya bisa masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Ternyata lidah adalah mekanisme pertahanan diri. Itulah mengapa kita menolak rasa pahit. Racun pada umumnya pahit rasanya.

Pada saat yang sama rasa manis sangat digemari. Glukosa dibutuhkan oleh tubuh sebagai energi. Hal ini lah yang membuat lidah cenderung memilih apa yang baik atau tidak bagi tubuh. Penandanya adalah rasa yang bisa dideteksi.

Secara unik, setiap orang bisa mengembangkan sistem pertahanan tubuhnya masing-masing. Mereka yang tidak suka cabe mungkin memiliki perut yang tidak kuat. Bukan karena penakut.

Orangtua kita juga berperan dalam menentukan selera makan kita

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)
Disebutkan bahwa kita telah belajar sejak masih dalam kandungan. Begitu pula dengan rasa. Kata orang agar anak tidak nakal, janganlah makan kepiting semasa kehamilan.

Ada benar dan tidak benarnya. Jelasnya arwah kepiting tidak akan merasuki bayimu. Tapi, sang janin sudah mengenal bau kepiting yang menyengat sejak darinya. Saat ia besar, bau itu tidak asing lagi.

Namun, itu bukan penentu selera makanmu. Psikolog Elizabeth Phillips dari Arizona State University, AS mengatakan;

"Sampai umur dua tahun kita akan memakan apapun."

Persepsi terhadap selera makan akan berkembang setelahnya. Orangtua mungkin berpikir anaknya tidak doyan duren. Tapi, sebenarnya ia hanya tidak suka hal baru. Sang balita membutuhkan waktu untuk mengenali jenis rasa baru yang baru saja ia kenal.

Tidak heran, jika si Uping kemudian doyan doenjang, meskipun ia tidak suka kacang kedelai. Padahal sama saja.

Selera makanan juga sangat berhubungan dengan pengalaman

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: lifestyle.sindonews.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: lifestyle.sindonews.com)
Si Iping tidak suka makan ayam. Sebabnya sedari kecil ia sudah sering melihat bagaimana ayam disembelih. Bayangan itu muncul setiap hari sebagai trauma masa lalu.

Tanpa kita sadari otak kita telah mengasosiasikan bentuk, warna, dan bau makanan terhadap pengalaman-pengalaman tertentu. Jadi jika mantanmu adalah orang Korea, dijamin Anda tidak berselera dengan makanan korea.

Semuanya terkait Gen

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: liputan6.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: liputan6.com)
Pada tahun 2004, ilmuwan University of California, AS menemukan reseptor olfaktori. Saraf ini membantu indra penciuman untuk memonitor asupan bauan ke dalam sistem pernapasan bayi. Berfungsi menentukan rasa dan aroma.

Timbullah palatabilitas  atau derajat kesukaan makanan yang menyebabkan persepsi yang berbeda bagi setiap orang. Ini menjelaskan mengapa tidak semua orang menyukai atau membenci makanan yang sama.

Masalah budaya juga berpengaruh pada palatabilitas. Orang India menyukai bau kari yang tajam, tapi tidak bagi orang kaukasia pada umumnya.

Terkait Gender

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: tokopedia.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: tokopedia.com)
Jangan kira bahwa lelaki dan perempuan memiliki selera makan yang sama. Pada penelitian tahun 2015, para peneliti University of Manitoba, Kanada menemukan persepsi makanan terhadap jenis kelamin.

Disebutkan bahwa makanan sehat identik dengan sifat feminin, sedangkan makanan tidak sehat dengan maskunilitas.

"Pesertanya memperingkat produk yang terasa lebih enak ketika kesehatan dan 'gender' disandingkan," tulis Luke Zhu, salah satu anggota peneliti.

Dengan demikian, selera makanan juga berhubungan dengan stereotip gender.

Lantas mengapa makanan Korea begitu cepat mengubah selera soto dan nasi padang?

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kumparan.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kumparan.com)
Dalam artikelnya "Drakor, Mukbang, dan Alasan Kita Menyukai Makanan Korea." Kompasianer Mira Rahmawati menjelaskan bahwa ketika drakor sedang trending, beberapa jenis makanan Korea pun diperkenalkan. Meski tidak dipusatkan pada makanan, adegan yang ditampilkan sudah cukup menggoda.

Takada yang tahu rasa asli makanan yang ditampilkan, tapi imajinasi memang menyesatkan. Tidak ada bedanya dengan fesyen, masyarakat Indonesia jadi ikut-ikutan mencarinya. Bak iklan tv, apalagi yang menyantapnya adalah tokoh utama.

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)
Diplomasi budaya atau Hallyu yang digencarkan pemerintah Korea memang terasa halu. Makanan Korea jadi populer. Produk impor hingga lokal mulai tersedia di pasar. Restoran khas negeri gingseng tersedia di mana-mana. Mulai dari harga mahal hingga warung murah.

Bahkan Soju (arak korea) pun dibuat versi halal.

Masih belum bisa menjawab mengapa selera makan bisa tergantikan dengan begitu mudahnya. Ikut-ikutan mungkin bisa menjadi alasan teratas. Tapi faktor genetika tetap terutama.

Menurut sains hal ini juga dimungkinkan. Caranya adalah dengan mengelabui otak. Jika anak kecil tidak suka obat, maka muncullah obat rasa buah.

Rasa jeruk jelas menipu. Obat tetap terasa. Sebuah penelitian di AS pada tahun 1980 mengatakan bahwa matalah yang menentukan. Jeruk identik dengan sesuatu yang enak dimakan. Muncullah produk turunan seperti permen, sirup, es krim, pudding yang semuanya berasa jeruk.

Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)
Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kompas.com)
Imajinasi ternyata bisa menggubah selera. Itulah mengapa sebuah makanan yang terasa enak akan berkurang jika kita menyantapnya dengan mata tertutup.

Kesimpulannya, selera makan sangat erat kaitannya dengan banyak hal, tapi pengalaman juga menentukan. Bukankah makanan di restoran akan terasa lebih nikmat daripada dibungkus pulang?

Dengan demikian, bagi Anda penikmat makanan Korea, sesungguhnya otak Anda telah dikelabui oleh korea-korean yang dikirim melalui santet yang dapat menyeberangi lautan.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun