Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengagungkan Penis, Agar Diri Cerdas, Wibawa, dan Bijaksana

21 Oktober 2020   18:26 Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:30 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda Selamat Datang di Bhutan Bergambar Penis (sumber: theculturetrip.com)

Foto Patung Lelaki Memegang Penis di Candi Sukuh (sumber: nusadaily.com)
Foto Patung Lelaki Memegang Penis di Candi Sukuh (sumber: nusadaily.com)

Kebenaran Seksual

Menarik untuk melihat bagaimana masyarakat kuno memersepsikan alat kelamin. Hal ini tentu sangat berbeda dengan cara masyarakat modern yang mengategorikannya sebagai pornoaksi.

Sebagai masyarakat modern, seharusnya kita memiliki pemikiran yang lebih sekuler terhadap sebuah keyakinan. Namun dalam kenyataannya, apa yang dianggap tabu sekarang justru mendapatkan tempat yang terbuka dari para leluhur.

Menurut penulis, hal ini ada hubungannya dengan apa yang disebut dengan "kebenaran seksual". Pandangan terhadap seks telah mengalami asimilasi dalam berbagai jenis ruang dan waktu. Setiap periode dan setiap budaya memiliki pemahaman tentang konteks seksual menurut versinya masing-masing.

Akan tetapi, makna hubungan seksual yang sebenarnya adalah sebagai media reproduksi untuk mendapatkan keturunan, dimana kesuburan bagi dua insan adalah sesuatu hal yang sama sekali tidak bisa disepelekan.

Wasana Kata

Merasa jijik, lucu, atau bahkan marah terhadap aurat yang diumbar hanyalah sebuah pemikiran bahwa seks adalah hal cabul yang tidak pantas untuk dibicarakan. Padahal, alat kelamin adalah sesuatu yang nyata. Kalaupun tidak diekspos, maka ia akan selalu berada di sana.

Nah bagi anda yang masih merasa jijik dengan pengumbaran syahwat versi undang-undang pornoaksi, maka ada baiknya mendengarkan legenda Suku Bamana di Afrika Barat.

Menurut mereka, Bumi adalah sesosok dewi, dan suaminya adalah dewa langit yang berada di atas sana. Jika hujan turun, artinya sang dewa dan dewi sedang bercinta. Hujan tiada lain adalah ceceran sperma dari sang dewa langit yang sedang membuahi istrinya.

Referensi: 1 2 3 4 5 6

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun