Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Keluar dari Kemiskinan, Intinya Kita Mampu Berkorban

1 Februari 2023   17:58 Diperbarui: 1 Februari 2023   18:03 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernikahan sesama orang miskin. Dan juga kematangan berkeluarga yang kurang dari bangunan rumah tangga kakak-kakak perempuan saya di awal-awal mereka berkeluarga.

Membuat orang tua saya justru terlibat ikut dalam membangun itu termasuk ikut mensubsidi ekonomi keluarga kakak-kakak perempuan saya ketika melahirkan cucu-cucunya.

Artinya pernikahan dini memang bukanlah solusi utama sebuah keluarga keluar dari kemiskinan. Sebab ada keadaan tersendiri dari bangunan keluarga baru, yang mana kebutuhan ketika keluarga baru itu belum siap secara ekonomi, sudah melahirkan anak, pasti tertatih dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

Akhirnya keluarga yang seperti itu tetap miskin-miskin juga. Orang tua yang miskin itu juga turut membantu keluarga anak mereka. Itulah fakta dan realitasnya. Kemiskinan yang diturunkan oleh keluarga miskin.

***   

Masalah pendidikan keluarga saya dan saya tak mampu di sekolahkan lagi. Alasannya mereka tak mau hutang-hutang untuk biaya sekolah saya ke jenjang lebih tinggi, yang setiap hari harus naik bus ke lain kecamatan. Jelas perlu saku untuk bersekolah.

Sedangkan orang tua pendapatannya tak pasti dari buruh tani. Sehingga ada ketakutan tak mampu membayar hutang jika dipaksakan.

Orang tua saya, kedua-duanya sama sekali tak mengenyam pendidikan di akibatkan kemiskinan leluhur mereka. Menjadi dasar orang tua tak begitu mementingkan pendidikan bagi keluarga yang realitanya miskin seperti keluarga saya.

Jelas itu tidak salah meski pendidikan sendiri merupakan metode terbaik keluar dari kemiskinan. Namun jika memang hasil dari usaha hanya cukup untuk kehidupan dasar sehari-hari. Mungkinkah pendidikan harus dilakukan meski dengan hutang-hutang?

Saya sadari hutang bagi orang miskin akan menjadi masalah baru. Sejak mulai 16 tahun saya bekerja. Jika dipikir orang tua hutang dan anak harus melunasi hutang itu. Pada akhirinya semua sama-sama tidak punya apa-apa. Hasil bekerja anak hanya untuk mencicil hutang orang tua.

Anak ke-3 dan saya terakhir dari keluarga saya sudah mulai dapat bekerja. Artinya ada beban keluarga orang tua saya berkurang. Hanya tamatan SMP dalam mencari ekonomi. Tentu nilainya sedikit dan cukup untuk makan sehari-hari saja, termasuk saya yang saat itu mulai bisa bekerja dan kakak ke-3 saya hasilnya tak seberapa hanya cukup untuk diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun