"Apa yang menjadi ganjalan bagi lestarinya kebudayaan adalah mau atau tidaknya kita terlibat dalam nguri-uri kebudayaan tersebut".
Memang menjadi pertanyaan besar saya selaku generasi muda. Bagaimana kedepan jika kebudayaan pada musik tradisional Jawa seperti gamelan sudah tidak ada yang mampu memainkannya?
Saya bukan khawatir, tetapi tetap saja jika memang muncul keengganan generasi untuk tertarik memainkannya. Sudah jelas tidak ada lagi api menyala untuk lestatinya kebudayaan tersebut atau apapun yang berhubungan dengan tradisi kebudayaan seperti musik.
Sebagai lompatan generasi, saya memang paling muda diantara para penabuh gamelan lain yang tergabung dalam grup latihan malam tadi (22/8) di Sanggar Sarakerta, kampung kreatif karisma pertamina (K3P) Desa Karangrena, kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap.
Tidak dipungkiri di desa saat ini, saya kira generasi muda mungkin bukan tidak mau. Tetapi sudah jarangnya sesama generasi muda tersebut untuk ikut tergerak mengenal kebudayaan membuat ketertarikan mereka yang sebelumnya tergerak menjadi tidak.
Sebab dalam kebudayaan banyak orang tergerak akan berdampak pada orang lain untuk sama-sama tergerak. Inilah problem dari sejumlah kebudayaan yang mungkin tidak lestari. Sebagian kecil masyarakat tergerak nguri-uri kebudayaan sebagian besar tidak.
Apakah tidak akan menjadi suatu kecanggungan sosial jika memang sebagian kecil itu tetap bertahan dengan sejumlah tradisi yang orang-orang sudah tidak tertarik melakukaknya?
Kebudayaan adalah praktik kolektif masyarakat dimana nantinya akan menjadi kesepakatan umum. Bukankah ritual-ritual di Jawa sendiri dengan kebudayaan adat dan tradisi kini mulai luntur, sebab ada perbedaan pandangan sosial yang sangat lebar?
Terkadang ada saja suara yang menstigma, adat, tradisi, dan kebudayaan tradisional "sesat" tidak ada korelasi dengan agama. Tetapi nyatanya kebudayaan ada sejak manusia dilahirkan. Lebih tua dari agama yang kemudian menyusul dikala pertanyaan akan Tuhan muncul di benak manusia.
Dengan kebudayaan, tanpa pertanyaan, selama manusia masih hidup dan melakukan aktivitas bertahan hidup. Dalam arti yang luas dan dapat dipertanggung jawabkan--- itu sudah masuk dalam suatu nilai-nilai kebudayaan.