Suara hati saya untuk melunasi hutang kebudayaan tersebut terbayar tadi malam saat mengikuti latihan gamelan di sanggar desa saya Karangrena. Saya terkadang berpikir sudah tidak populernya seni musik tradisional, apakah orang akan tergerak memainkan musik tradisional itu seperti gamelan?
Gamelan bagi saya melebihi musik itu sendiri. Saya yang memegang kendali tabuh gamelan bernama "Kenong" saya dibuat takjub dimana saya pertama kali belajar dan kenal music gamelan.
Alat musik sederhana tetapi mempunyai suara yang luar biasa, menentramkan jiwa-jiwa sepi yang ingin ramai dengan suara mewah yang dapat menggelegarkan batin. Itulah daya magic gamelan yang tidak saya kira sebelumnya music tradisional yang kaya akan irama dan keheningan saat didengarkan.
Disamping itu jika kita manusia nusantara tidak melakukan praktik kebudayaan itu contoh kecilnya gamelan. Saat generasi penyambung tidak dapat memainkannya. Apakah kita akan belajar kepada masyarakat luar negri tentang musik gamelan yang saat ini menjadi tren pelajar dunia turut ikut mempelajarinya?
Seni musik gamelan sebagai referensi multi kebudayaan dalam praktik hidup masyarakat dunia. Inilah catatan kepada generasi masa depan tentang hutang kita pada kebudayaan bangsa sendiri.Â
Apakah mungkin kita akan tega dan tidak melestarikan? Saya tidak, maka dari itu saya sudah melunasi hutang pada kebudayaan saya sendiri.