Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hasrat Memecahkan Dunia Eksistensi

4 Agustus 2019   17:23 Diperbarui: 27 Agustus 2019   13:45 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang tidak pernah bicara sedikitpun, para filsuf-filsuf masyur itu, tidak ubahnya hanya mencari cahaya untuk dirinya sendiri sebagai yang murni, inti, ajang penemuan refleksi dirinya sendiri. Dengan karya sastra, mereka ingin menujukannya pada dunia, bukan lebel akan polularitas, tetapi tentang apa pengetahuan yang ia dapat, dan tentang membagi pengetahuan itu sebagai perjalanan manusia memandang dunia.

Tentang menjadi utopia pikiran, itulah senyata-nyatanya pikiran, tidak dapat terbagi apalagi dibagikan sebagai keyakinan moral pada manusia. Bayangan akan moralitas, bukan ada pada utopia pikiran, melainkan pada rasa yang mendera jiwanya sendiri, antara asas kepatutan, dan ketidak patutan sebagai tindakan manusia hidup di dunia ini "menjadi".

Upaya mencari celah, aku hanya ingin hidup dengan segala suara-suara, seperti Guitar itu, atau suling-suling Bambu yang menggema dari kejahuan. Untuk aku, menemukan diriku dengan sentuhan-sentuhan musik yang menjalar pada mistik. Peri hal suatu karya yang kurang terpahami, biarlah itu menjadi tuntutan zaman seperti Didi Kempot yang kini di nobatkan sebagai Bapak patah hati oleh mereka-mereka yang tersakiti cintanya sendiri sekalipun itu generasi Z ataupun Milenial.

Membingungkan, suatu bahasa dan suatu karya, tentang peradaban kini, ketika secara tekstual dapat diterjemahkan, pada saatnya, karya itu menjadi karya yang monumental. Para tukang "gemuruh" itu, batinnya masih mandeg pada alam gosip, dan alam-alam pengikut yang riang, ketika yang diikuti tersebut menjadi terwujud sesuai apa yang ada di dalam konsep pikirannya.

Tentang ungkapan untuk seseorang lagi kini, "jangap pernah engkau merasa akan membentuk orang lain, ketika orang lain itu ingin bebas dari penderitaannya, dengan tidak mengikuti apa kata-kata orang lain kecuali dirinya sendiri, kemudian engkau mau berbicara apa? Berbagai konflik kepentinganmu, kejarlah dan kejarlah sendiri yanv menurutmu sebagai terbaik itu".

Aku memang sudah tidak silau dengan kedudukan, tentang Jendral-jendral perusahaan yang kini menjadi fenomena baru politik dunia, aku lebih baik menjadi diriku yang bebas, sesekali menjadi aku yang berkuasa atas diriku sendiri. Sistem dalam mekanisasi memang melelahkan, bukan aku takut menghadapi realitanya dunia, tetapi aku sudah cukup dengan dunia. Asal ada hasil sedikit untuk bertahan hidup, sudahlah, sisanya jika ada yang ingin hidup bersama denganku, kita cari dunia bersama.

***

Melepas dan terikat merupakan satu dari banyak yang harus aku rasakan dalam hidup ini. Namun yang terlalu kaku, mencoba biasa saja, kerja inginnya kerja saja, tanpa upaya untuk naik tahta, dan biarkan aku menaiki tahta dengan apa yang aku suka, bukan tentang nama besar yang ada di lingkungan kecil, kehendak kuasa, enyahlah, telan sebagaimana engaku ingin menelannya sendiri.

Tentang cinta dan keluarga yang harus di hidupi di masa kelak nanti, apakah aku harus menjadi Jendral penjaga gawang modal dan industri yang tidak ada habisnya? Cerita para pekerja "buruh" kasar disana, ia frustasi dengan apa yang sedang dilakukannya, tanpa modal sendiri, ia tetap menjadi tersisih, gajihnya yang dihitung harian, ia menjadi pengelana, habis hanya menyisakan sedikit untuk dirumah untuk kebutuhan anak-istrinya.

Setenang-tenangnya hidup memang punya sendiri, tentang ideologi-ideolgi politik disana akan nama "berdikari", merupakan keinginan luhur manusia, tetapi sistem yang berbicara, akankah ia akan melawan pada akhirnya? Diam dan menjadi tenang dengan usahanya sendiri, buruh harian itupun mulai frustasi, ingin menjadi petani dan mengarap lahannya sendiri, tidak ikut kerja sebagai buruh harian lagi, dimana hasil yang sama-sama tidak pasti.

Tetapi bagaimanapun, modal dan abad 21 ini, merupakan hal yang sangat krusial bagi manusia. Tidak peduli berlatar belakang orang punya atau tidak punya, manusia saat ini dapat punya apapun ketika memang ia mempunyai modal untuk membeli apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun