Saya maklum akan tawaran tersebut, dari sepenggal cerita salah satu kasir, saat menghitung barang belanjaan. Kasir menceritakan pengalaman ada konsumen marah ketika tidak ditawari kantong plastik. Pengalaman ini idem ditto dimana saya pernah mendengar dan melihat, seorang pembeli menggerutu saat tidak diberi kantong plastik. Padahal hanya dua item barang yang dibeli dan dapat dibawa dengan tangan masuk dalam saku baju atau celana.
Ada CCTV tidak jauh dari kasir. Jadi jika ada teguran dari supervisor atau pemilik mini market melihat pembeli kesulitan membawa barang seperti saya tidak kena damprat oleh atasannya atau pemilik mini market. Kasir dapat memberi alasan pelanggan ini terbiasa tidak mau diberi tas kresek.
Suatu kali, saya lupa membawa tas belanja sendiri saat masuk ke mini market bukan langganan. Belanjaan sebenarnya tidak begitu banyak. Tetapi jika dibawa dengan tangan kosong sepertinya sedikit merepotkan karena ukurannya bervariasi.
Saat membayar di kasir dan seperti umumnya kasir mini market atau toko, otomatis mengambil tas kresek sebagai tempat bawaan belanja. Segera saya mengatakan, "Tidak usah pakai kresek." Dari mukanya langsung terlihat mimik aneh saat melihat saya. Barangkali juga pembeli lain yang antri di belakang saya.Â
Sayang mata saya cuma dua di depan jadi tidak bisa melihat ekspresi pembeli lain. Andai mata saya seperti CCTV mungkin saya bisa bercerita lebih banyak tentang ekspresi mereka yang terheran-heran melihat perilaku saya yang enggan mengorbankan Rp 200 untuk selembar tas kantong plastik.Â
Persoalannya, bukan sikap medit atau pelit saya. Tapi kami sekeluarga sudah sepakat tidak ada kantong plastik atau tas kresek lagi yang kami bawa pulang ke rumah. Jangan menambah kantong plastik lagi di rumah. Sampah tas kresek di rumah masih banyak. Sudah lebih 11 tahun kami bingung memanfaatkan, menggunakan dan mendaur ulangnya.