''Terimakasih mas Olan," sapa saya sambil menjabat tangganya. Olan, nama penjaga rumah di pintu masuk hutan Konservasi. Ada dua galon air dekat mobil. Sebelum menuju ke Her, saya berpesan kepada Fred untuk mengajak bicara dan ngobrol dengan Kanaya tentang pengalamannya menjelajah hutan.
Saya dekati Her menanyakan apakah cukup satu galon untuk mengisi radiator? Tidak ada ucapan dari mulut Her, hanya anggukan mantap.
" Yang haus silahkan minum masih ada satu galon untuk kita dan mobil. Hahaha......," ujar saya sambil melepas canda supaya Kanaya yang mendengar bisa ikut rileks pikiran dan perasaannya.
"Kanaya, kalau mau minum duluan. Terimakasih tadi minumnya. Sudah saya habiskan air  minumnya dengan pak Her setelah makan," saut Lukman yang sadang sibuk mengisi air ke dalam radiator mobil bersama Her dan Olan.
Hati-hati mereka menuangkan air ke radiator agar tidak banyak tumpah sebab perjalanan kami ke kampung terdekat masih 6 kilometer lagi. Walau tidak jauh kami harus menghemat air guna mengantisiapasi kemungkinan tidak terduga.
Her masuk ke mobil, tidak lama kemudian terdengar suara. "Bremmm...... Berembembem...... Bem...... Bem....... Bem..........". Disambut dengan muka ceria serta senyuman oleh semua rombongan. Demikian pula saya, yang merasa mendengar suara "Bremmm...... Berembembem...... Bem...... Bem....... Bem.........," itu sangat indah.