Mohon tunggu...
Klub Menulis HPIM
Klub Menulis HPIM Mohon Tunggu... Akuntan - OBOR

Akun Resmi Klub menulis Himpunan Pelajar Indonesia Ma'had di Mesir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seindah Teratai

20 September 2021   00:13 Diperbarui: 20 September 2021   00:28 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber :etsy.com via Pinterest 

Seharian itu, aku merenung lagi, lalu aku pergi ke bank mengecek sisa saldoku, tidak akan cukup, uang itu sengaja kusimpan untuk kau membeli tiket nanti. Minjae, tiba-tiba sesuatu terlintas di pikiranku, itu mungkin satu-satunya solusi agar ibu bisa selamat. Kau tahu? Ternyata golongan darahku sama dengan milik ibu. Dan itu karena sebenarnya aku adalah anak dari adik ibumu yang meninggal itu.

Ibuku meninggalkanku di panti asuhan karena ayahku pergi meninggalkan ibu kandungku sendiri, dia terlalu putus asa lalu bunuh diri. Ibu tak pernah cerita, karena ternyata kita memang sehubungan darah, meski kita beda ibu. Dan begitu aku menyadari fakta itu, aku bingung, aku ingin marah pada ibu, entah itu ibu kandungku atau ibumu. Tapi, semua emosiku seolah lenyap setelah mengingat segala ketulusan hati dan kasih sayang yang ibumu berikan padaku. Dari situ, aku berpikir 'aku tak boleh begini, aku tak boleh melukai ibu, aku harus membalas kebaikannya karena telah menerimaku apa adanya.

Sedari awal hidupku sudah terlanjur rumit. Tapi aku bertekad untuk bisa mengabdikan sisa umurku di keluarga yang indah ini. Minjae, terimakasih telah menjadi adik laki-laki ku dan menerimaku di keluarga ini, kau yang selalu kusayangi, maafkan aku jika kehadiranku disini membuatmu merasa seolah aku merampas kasih sayang ibu darimu, itu tidak benar, ibu itu sangat-sangat menyayangimu, karena 'darah lebih kental daripada air'. Kau jangan cemburu padaku, justru aku iri sekali jika kau kadang bertengkar dengan ibu. Karena, itu menunjukkan bahwa kau akrab dengan ibu, kau memilikinya, sedangkan aku tidak.

Dan tentang olimpiade itu, selamat! Sebenarnya aku ingin memberikan kejutan untukmu, tapi sore itu kau menghilang. Hadiahnya kuletakkan di sisi surat ini. Kuharap, itu cukup untuk membayar tiketmu nanti.

Nanti lagi ya, Minjae. Aku harap kita bisa bertemu lagi nanti.

 

Salam hangat, dari kakakmu Na Mirae.

*****

Tetes air mata membasahi sepucuk surat itu. Minjae masih menatapi surat itu dengan wajah tidak percaya. Orang bilang penyesalan selalu datang terlambat, dan kini Minjae baru merasakan itu.

“Sepucuk surat sialan!” umpatnya, lalu ia pergi ke kamar sebelah dan menggeledah tiap sudut kamar sampai ia menemukan sebuah kartu nama dokter dari sebuah rumah sakit. Ia menggenggam erat kartu itu hingga hampir meremasnya, lalu segera pergi menuju rumah sakit yang sama dengan yang tertera di kartu nama tadi.

Begitu sampai, Minjae langsung berlari ke arah meja resepsionis dengan napas memburu. “Dimana pasien bernama Kim Yoori?!” tanya Minjae. “Sebentar saya periksa dulu,” jawab petugas itu dan langsung menjawab “Nyonya Kim Yoori? Dia ada di bangsal rawat inap ruang XI-5,” lanjut petugas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun