Mohon tunggu...
Klub Menulis HPIM
Klub Menulis HPIM Mohon Tunggu... Akuntan - OBOR

Akun Resmi Klub menulis Himpunan Pelajar Indonesia Ma'had di Mesir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seindah Teratai

20 September 2021   00:13 Diperbarui: 20 September 2021   00:28 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber :etsy.com via Pinterest 

Tanpa ba-bi-bu Minjae berlari seperti orang gila mencari ruang yang dimaksud, sekilas ia melihat papan dengan nomor XI, Minjae pun segera masuk dan melihat ke ranjang nomor 5. Tapi...itu kosong, air ludahnya tercekat, ranjang itu sudah rapi, tak ada barang atau sesuatu yang tertinggal, bersih dan rapi. “Dimana ibuku?!” pikiran Minjae semakin dibuat frustasi, kemana lagi ia harus mencari?.

“Kau mencari Kim Yoori?” tanya seorang wanita tua dari ranjang sebelah, ia membuka tirai yang membatasi, “...itu ibumu kan?” lanjut wanita itu lagi. Seketika napasnya mereda, seperti ia menemukan secercah harapan, masih ada sedikit kelegaan.

 “Nenek tau dimana ibuku?” tanyanya hati-hati.

“Tentu saja, dia dan kakakmu sedang menjalani operasi,” jawab nenek itu enteng.

“O-operasi? Kakakku juga?” Minjae kembali tercekat, napasnya tertahan.

“Iya benar, bukannya ibumu harus segera transplantasi hati? Kakakmu itu akan mendonorkannya” ujar ibu itu menjelaskan. Kaki Minjae mulai lemas, telapak tangannya dingin, tapi dahinya berkeringat, wajahnya ikut memucat seakan darahnya tertahan dan tak bisa mengaliri tubuhnya dengan baik. “Terimakasih, kalau begitu sampai jumpa,” ucap Minjae pelan hampir seperti bergumam. Lalu dengan langkah lemas ia pergi ke arah ruang operasi yang terletak jelas dari tengah lobi. Minjae terduduk lemas di kubin lantai lorong, ia menangis sendu sambil melipat kedua kakinya, membiarkan wajahnya terbenam diantara kedua lututnya.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi, lampu merah di atas pintu operasi telah padam, Minjae mendongak, buru-buru ia bangkit setelah melihat dokter tadi.  “Anda keluarga pasien Kim Yoori?” tanya dokter berbaju biru khas operasi itu. “Iya, bagaimana ibu dan kakak saya?” Minjae balik bertanya tak sabaran.

“Untungnya operasi bisa dilakukan dengan lancar, meski sekarang mereka masih harus dipantau dan dipindahkan ke ruang ICU karena kondisi mereka masih rentan,” ujar dokter memberi penjelasan. Minjae menghela napas, masa kritis kini telah lewat.

“Kapan saya bisa menemuinya?” tanyanya memastikan.

“Anda bisa menemui mereka setelah 24 jam” jawab dokter itu jelas.

“Baiklah, terimakasih dokter,” Minjae menundukkan kepalanya. Dokter membalasnya dengan senyum dan pergi meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun