Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pasti Menang, Gibran Bisa Nyambi Jualan Klepon

3 Agustus 2020   00:43 Diperbarui: 3 Agustus 2020   18:11 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekhawatiran publik sejatinya sangat logis, karena dinasti politik dapat melemahkan fungsi kontrol kekuasaan sehingga dapat memperbesar peluang terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Terlebih lagi, sudah banyak contoh politik dinasti yang berujung KKN.

Namun, tidak menutup kemungkinan Gibran akan membuktikan bahwa apa yang dikhawatirkan oleh masyarakat itu tidak benar serta mampu memimpin Solo sama baik atau bahkan lebih baik dari ayahnya.

#Pilwakot Solo 2020 Sudah Usai

Nama Gibran pertama kali menyeruak dalam bursa kepala daerah dari hasil survei yang dilakukan oleh Laboratorium Kebijakan Publik UNISRI Surakarta (25/7/2019).

Ia meraih angka tertinggi dari segi popularitas, sebesar 90% responden mengenal Gibran. Angka itu sangat wajar jika berkaca pada Pilpres 2019, dimana sang ayah mampu menguasai Solo dengan lebih dari 82,2 % suara.

Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Teguh Prakosa (kanan), berpose bersama Ketua DPC PDI-P Solo FX Hadi Rudyatmo, (17/7/2020). Kompas.com
Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Teguh Prakosa (kanan), berpose bersama Ketua DPC PDI-P Solo FX Hadi Rudyatmo, (17/7/2020). Kompas.com
Pada akhirnya, apa yang sudah diprediksikan oleh banyak pihak benar-benar terbukti. Ia maju sebagai calon walikota di Pilkada Solo 2020 mendatang. Gibran berduet dengan Ketua DPRD Solo Teguh Prakosa.


Majunya Gibran kiranya sedikit mengejutkan, namun juga mudah diprediksi. Mengingat dalam salah satu pernyataannya sekira dua-tiga tahun lalu, Gibran mengaku tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik. Lalu pendiriannya pun berubah seiring waktu.

Melalui manuvernya, ayah Jan Ethes itu meyakini bahwa dengan kehadiran anak muda di dunia politik akan menghapus stereotip "politik itu kotor" pada generasi milenial. Selain itu, Gibran juga beralasan jika menjabat sebagai walikota, ia dapat membantu serta menjangkau lebih banyak orang sebagaimana kegiatan sosial yang selama ini ia lakukan.

Dengan ini Gibran telah melanjutkan tongkat estafet sang ayah yang juga terlahir sebagai pengusaha dan mencalonkan diri dalam Pilwakot di kota yang sama pula, Surakarta.

Jokowi mewariskan segalanya kepada sang putra lewat rekam jejak dan kesuksesannya memimpin Solo (2005-2012). Belum lagi jika memperhitungkan kedudukannya saat ini sebagai RI-1. Gibran memiliki apa yang disebut Jokowi effect. Ketika masyarakat Solo melihat dirinya, yang diingat bukanlah Gibran, akan tetapi ayahnya. Gibran memiliki semua sumber daya untuk bisa meraih empuknya kursi AD-1.

Di mata anak muda, saya pribadi misalnya, selain dikenal sebagai seorang pengusaha muda sukses, Gibran juga merupakan sosok penuh kreativitas yang mewakili generasi milenial. Hal itu dinilai berdampak signifikan terhadap popularitas dan elektabilitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun