Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesan Moral Politik Kepada Para Pemimpin

16 April 2020   14:30 Diperbarui: 17 Maret 2021   19:27 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bung Karno dalam kata-kata bijaknya mengatakan “Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa, sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri”. Serangkaian kata-kata bijak itu, terkandung tafsir politis, ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia. 

Rakyat sebagai pemilik saham politik terbesar negara bangsa ini, masing-masing individu dituntut menjadi pemimpin di setiap level untuk berbuat dan merubah sesuatu, dimana saja mereka sedang berdiri dan berada saat ini. 

Setidaknya diantara masing-masing individu itu, saat ini telah menggabungkan diri dalam komunitas kecil yang bernama “Keluarga alumni BEKAL PEMIMPIN 2019”.

Karenanya, sebagai Alumni BEKAL PEMIMPIN 2019 United in Diversity Foundation ingin “memanggil dan mengajak” kepada seluruh khalayak  dan sekaligus berpesan secara moral-politik kepada para pemimpin dan calon pemimpin di negeri tercinta Indonesia raya ini.

Limpahan potensi sumberdaya alam di bumi nusantara ini, bisa menjadi paradoks antara “Berkah atau Musibah” bagi rakyat Indonesia. 

Karenanya, untuk mengawal dan memastikan seluruh potensi sumber daya alam tersebut menjadi Berkah, dibutuhkan para pemimpin yang baik, bijak, welas asih, mengayomi, adil dan tegas dengan kemampuannya dalam memimpin.


Bersiap-siaplah, sekali lagi saya dan kita bersama pesankan, bersiap-siaplah untuk bersikap, bertindak, dan berpenampilan menyimpang. 

Kita akan mendapat penilaian berbeda jika dibandingkan dengan kepribadian awalmu, menjadi pembeda dan berbeda dari kalangan umumnya, karena kita sudah memutuskan untuk 3 (tiga) hal luar biasa yaitu “berhijrah, berhijrah dan berhijrah”, dalam bersikap dan berbuat tanpa harus lagi mengadili, merendahkan, dan menyalahkan terhadap :

  • Kawan-kawan sepermainan dan seperjuanganmu, ……….
  • Para mitra kerjamu, ………..
  • Para penguasa pemerintahmu, ………..
  • Para wakil rakyat pilihanmu, ……….
  • Hingga kelompok ataupun institusi tertentu yang menjadi lawan konstituen dampinganmu sekalipun.

“Memimpin adalah menderita” sebagaimana kata bijak yang dipesankan H. Agus Salim, seorang aktivis dunia jurnalistik sejak zaman pra-kemerdekaan Indonesia. 

Memang, tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin yang baik, bijak, welas asih, ngayomi, adil, dan tegas dalam suatu negara-bangsa seperti Indonesia yang pluralis ini, jika tidak dibekali kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ragam persolan dengan dimensi multi-perspektifnya.

Kesabaran dan ketabahan kita dalam bersikap dan bertindak kelak, adalah ujian dalam kesejatian yang sesungguhnya. Harapan bagi keluarga besar BEKAL PEMIMPIN 2019, lakukanlah seperti pesan dalam bait puisi sastrawan WS. Rendra yang digubah menjadi bagian lirik judul lagu Paman Doblang nya seniman Iwan Fals,

Kesadaran adalah Matahari, adalah Matahari, …...      
Kesabaran adalah Bumi, adalah Bumi, …....  
Keberanian menjadi Cakrawala, ….....
Dan, Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.

Tetaplah menapak Bumi, selalu dengar dan rasakan makna dibalik desah suara nafas mereka yang mewakili keluh-kesah dan kebahagiannya dengan sabar dan takzim dari siapapun latar belakang mereka. 

Selanjutnya, sampaikan apa yang ingin kalian katakan dan perbuat dengan jujur, tulus, santun, dan apa adanya tentang niat hingga tindakan yang akan kalian lakukan saat mengajak dan berbuat bersama-sama mereka menuju cita dan harapan yang selalu mereka impikan selama ini.

Janganlah berfikir dan berharap sedikitpun tentang segala apa yang telah engkau lakukan, dengan segala pujian hingga ganjaran materi dan kuasa olehnya, karena itu akan menjadikanmu menyesal dan sakit hati dikemudian hari. 

Manusia hanya bisa berencana dan berbuat, tetapi hasil akhirnya adalah rahasia tersendiri bagi sang pencita semesta alam.

Sebagaimana kata bijak KH. Ahmad Dahlan bahwa “Jangan suka menempatkan seseorang pada posisinya, tapi tempatkanlah diri saudara terlebih dahulu pada posisi yang benar”

Pesan moral yang ingin disampaikan bisa diterjemahkan dengan kalimat “Buktikan dengan keteladanan kalian lebih dahulu, sebelum memanggil dan menyuruh, mengajak konstituen kalian untuk bertindak seperti yang kalian harapkan”.

Berharap dan menginginkan negara bangsa ini berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya, maka cara mewujudkannya harus dibangun dengan suasana bathin yang positif-konstruktif dalam berfikir, dilakukan dengan keihlasan dan rasa kasih sayang, dan dikerjakan dengan cara bergotong royong. 

Kembalikan nilai-nilai leluhur kita itu, dengan cara menggali dan mencari disetiap sudut ruang dan media tempat dirimu berada dimanapun lokasinya.

Tidaklah berlebihan jika pesan politis kata-kata bijaknya HOS Tjokroaminoto, seorang tokoh pergerakan Nasional pemimpin organisasi Sarekat Islam sekaligus guru dari Soekarno, Musso dan Kartosuwiryo dimasa pra-kemerdekaan Indonesia mengatakan “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”

Mengapa? karena memang itulah yang masih relevan untuk kebutuhan mendesak saat ini. Jadilah orator yang mampu menggerakkan semua potensi yang ada disetiap relung dan ruang dimana engkau berada tanpa harus menghujat dan mengadili siapapun dengan apapun latar belakang mereka. 

Jika tugas mulia dengan penuh rasa ihlas dan selalu ihlaskan setiap apapun tindakan maupun karya yang engkau cipta telah ditunaikan, maka apa yang engkau lakukan itu telah mampu menjawab harapan yang diangankan sebagaimana kata-kata bijak H. Agus Salim.

Beliau menyatakan bahwa :

“Diriku disini merasa bahagia melihatmu berada disana bahagia meski terkadang dalam hati ini menangis sangat hebat. Seberapa pintarnya diri ini membuat dirimu tersenyum. Akan tetapi dirimu tidak pernah bisa menutupi hatimu yang sedang menangis. 

Diriku menangis memilikimu, tidak berarti juga diriku sedih karena memilikimu, karena aku bangga memiliki seseorang sepertimu hingga hati ini terharu. Setiap orang pasti pernah memiliki kebijakan, lakukanlah yang terbaik setiap kali dan setiap hari. Apapun yang telah kita lakukan, apapun kesalahanya, kita akan selalu menemukan kata maaf dalam hati seorang Ibu”.

Kawan-kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019 yang baik, perjalanan hidup dan karier kita bersama masih sangat panjang. 

Lingkungan tempatmu bergumul hidup dan berinteraksi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berkearifan lokal yang sedang engkau perjuangkan, menghadapi berbagai tantangan yang tidak saja berasal dari para pemegang kekuasaan, para pemegang hak kelolanya, para pemegang hak miliknya.

Tetapi bisa jadi datangnya dari konstituenmu, atau bahkan karena sikap dan prilakumu sendiri.

Kekhawatiran ini tidaklah berlebihan, karena puluhan tahun yang lalu ada kata bijak Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan “Dengan ilmu kita menuju kemuliaan”.

Maupun dalam kata bijaknya Tan Malaka yang bermakna paradoks, bahwa :

“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan”, dan “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali”.

Terima kasih kepada kawan-kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019 yang telah bergumul saat belajar dan berbagi pengalaman, saling berinteraksi, dan saling cerita tentang heroiknya perjuangan dan pengorbanan, maupun tentang kegalauan saat mengaktualisasikan nilai dan keyakinan intelektual kita masing-masing. 

Selama berkumpul itu, kita bersama membedah pengetahuan tentang “Prinsip & praktik kepemimpinan berbasis kesadaran (Theory U)” dengan semangat berhijrah untuk melatih diri dalam bersikap dan bertindak secara konsisten dengan semangat “Pikiran Terbuka (Keingintahuan), Hati Terbuka (Kewelasasihan) dan Niatan Terbuka (Keberanian)”

Mengorganisir hingga menjadi pemimpin disetiap level pada institusi apapun nama dan bentuknya, menjadi keharusan jika ingin merubah keadaan menjadi lebih baik. Saat ketika kawan2 memimpin itulah, agar selalu ingat kata bijak yang dipesankan RA Kartini, bahwa “Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri”.

Praktik kerja gotong royong yang kini mulai menghilang akibat progres kebudayaan hingga inviltrasi peradaban luar, setidaknya telah mereduksi nilai-nilai cinta dan kasih sayang yang selama ini menjadi pilar utama budaya gotong royong bagi masyarakat Indonesia. 

Semangat untuk mengembalikan hingga mempertahankan nilai peradaban bangsa ini, harus dijadikan stimulan politis bagi kawan-kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019 ditempatmu beraktifitas saat ini, hingga kelak kepada para kader-kader pemimpin penerusmu.

Karenanya, sejak saat ini, mulailah berlatih dan mempraktikkan semua ilmu dan pengetahuan yang telah diamanahkan kepada kawan kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019, untuk menghadapi semua lawan-lawanmu dengan menebarkan nilai-nilai cinta dan kasih sayang, sebagaimana kata bijak yang diwasiatkan Cut Nyak Dien bahwa “Dalam menghadapi musuh, tak ada yang lebih mengena daripada senjata kasih sayang”

Kata bijak sosok perempuan pemberani dan pejuang ini sangatlah universal, bahkan masih relevan di era sembilan puluhan yang oleh Y.B. Mangunwijaya menulis dalam kata bijaknya “Perang tidak bisa dimenangkan dengan emosi, tetapi perhitungan yang dingin” sebagaimana pesan moralnya dalam novel “Burung-Burung Manyar”.

Sekali lagi, ini adalah soal keteladanan. Tidak ada yang patut dijadikan kebanggan bagi setiap pemimpin sejati, jika belum memberikan keteladanan untuk dirinya sendiri. 

Memastikan diri lebih dahulu berbuat baik dan benar, jujur, santun dan kosisisten hingga bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Ketika kawan-kawan didaulat menjadi seorang pemimpin, sejatinya kepemimpinan kawan-kawan sudah menjalankan kata bijak yang dipesankan KH. Ahmad Dahlan, bahwa “Jangan suka menempatkan seseorang pada posisinya, tapi tempatkanlah diri saudara terlebih dahulu pada posisi yang benar”. Dalam konteks ini, semakin menasbihkan bahwa pengalaman hidup adalah guru yang paling bijak.

Persoalan pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia yang semakin kompleks kedepannya, setidaknya telah tampak nyata dan sedang kita hadapi bersama saat ini, sebagaimana prototipe yang sedang diusung kawan-kawan semua. 

Tipologi masalah yang multi dimensi, dikarenakan ada ambisi kepentingan ekonomoi-politik, keserakahan yang semakin menjadi kecenderungan, hingga isme-isme yang melatari lahirnya permasalan secara masif. 

Munculnya perbedaan persepsi karena cara pandang yang berbeda, tentu inti masalahnya tidak bisa diselesaikan hanya dengan menyuguhkan solusi simptomatik semata, tetapi yang dibutuhkan adalah bentuk solusi fundamental. 

Disaat situasi krusial inilah, butuh kehadiran seorang pemimpin yang mampu menjembatani dan mengelola konflik kepentingan dengan pengetahuan yang pemahaman sangat mumpuni.

Lagi-lagi ini soal keberadaan masyarakat dan siapa yang memimpinnya. Sebagaimana tujuan dan harapan yang ingin dicapai secara kolektif, mengapa kita berkumpul dalam pelatihan BEKAL PEMIMPIN 2019 selama enam bulan lamanya, karena kita telah diingatkan bahwa ada banyak ”KEBUTAAN” dalam diri kita semua. Diantaranya :

  • Ketidakmampuan melihat “gap” antara tindakan kita pribadi dengan hasil yang kita ciptakan secara kolektif.
  • Ketidakmampuan melihat situasi dan permasalahan kompleks secara holistic.
  • Ketidakmampuan melihat kontribusi pribadi terhadap sebuah situasi ketika situasinya tidak sesuai harapan, dan selalu mempersalahkan orang atau pihak lain.
  • Ketidakmampuan mendengarkan.
  • Dan lain sebagainya.

Jika kita sebagai para pemimpin tidak mampu mengurai dan memberikan penjelasan hingga mampu memahamkan kepada orang sekitar dan para konstituen yang telah menggadaikan kepercayaannya kepada kita, maka benarlah peringatan yang dirangkum menjadi kata bijaknya Tan Malaka bahwa “Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada watak masyarakat, dan didikan masing-masing orang”.

Simpulannya, sebagai seorang pemimpin, tentu tugas mulia dan terberatmu adalah mampu mempengaruhi, mengorganisir, memahamkan, memobilisasi dan meyakinkan khalayak untuk berbuat dan berubah menjadi lebih baik, karena keinginan mereka sendiri, dan dengan kesadarannya secara konsisten. 

Ketika peran itu telah mampu kawan-kawan lakukan, maka  pernyataan dalam kata bijaknya Tan Malaka yang menyatakan “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda” sudah dijalankan secara tunai oleh kawan-kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019.

Relevansinya dengan situasi ini, kata-kata bijak sastrawan Ahmad Tohari telah menyadarkan dan mengingatkan kepaka kita semua dengan mengatakan bahwa :

“Bagaimana bisa, manusia tetap eksis ketika kemanusiaan telah mati? Mereka mengira dengan melampiaskan dendam maka urusannya selesai. Mereka keliru, dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, tak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Maksudnya, tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk”

Bisa jadi, perenungkan secara khusyuk hingga mampu merumuskan rangkaian kata-kata bijaknya novelis Ahmad Tohari itu, terinspirasi dari pernyataan dalam kata-kata bijaknya KH. Hasyim Asy’ari puluhan tahun sebelumnya, yang mengatakan bahwa :

“Jangan Jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja” 

Pada akhirnya, seorang pemimpin sejati sebagaimana harapan seluruh kawan-kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019, harus memulai dengan misinya, yaitu turut serta untuk hadir langsung dan tampil ke depan, berbuat sesuatu untuk menyelesaikan masalah pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. 

Hanya 3 (tiga) pesan moral kepada seluruh kawan-kawan alumni BEKAL PEMIMPIN 2019, memimpin dan pimpinlah mereka dengan pertama, segenap KERENDAHAN HATI, kedua, segenap KERENDAHAN HATI, dan ketiga, segenap KERENDAHAN HATI dengan keyakinan, kejujuran dan keberanian melalui pesan moralnya :

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin, …..
Yang tegak di puncak bukit, ……
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau.

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, …..
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang, …..
Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, …..
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang, …….
Membawa orang ke mata air.

Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu, ….
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri.

Sebagaimana yang dituliskan dalam bait-bait puisi berjudul “Kerendahan Hati” karya Taufik Ismail.

Penulis: Khusnul Zaini, SH. MM.
Advokat dan Aktivis Lingkungan Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun