Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Content Strategist

Penikmati cerita (story) di berbagai platform • Suka menulis kreatif (creative writing) tema gaya hidup (lifestyle) dengan gaya (style) storytelling • Senang membantu klien membangun brand story • Personal advisor/consultant strategi konten untuk branding dan marketing • Ngeronda di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Laki-Laki Tidak Bercerita, tetapi Diam-Diam Minum Jamu Sehat Pria

21 Juli 2025   06:30 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:32 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Ike Yulita Astiani generasi kelima yang mengelola kafe (warung) jamu Ginggang di Yogyakarta (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)

Menjadi superman, ternyata mudah dan murah. Cukup mengulurkan sejumlah uang bernilai tujuh ribu rupiah, maka keinginan ini akan terwujud melalui segelas ramuan bernama jamu. Harapan untuk perkasa pun menyeruak, menembus pori-pori rasa malu, cemas, dan minder.

Di Jamu Ginggang, kawasan Pakualaman, Yogyakarta, nama ramuan herbal tradisional ini tampil santun, "Sehat Pria". Bukan nama unik eksotik yang menerbitkan kepo. Namun demikian, posisinya menempati urutan pertama dalam daftar nama jejamuan yang siap dipesan.

Jika suguhan jejamuan dalam kategori "Jamu Biasa" ini dirasa kurang gagah, maka pada beberapa jamu dapat ditambahkan telur agar istimewa. Cukup menambah tiga ribu rupiah, jamu ini masuk dalam kategori "Jamu Telor" dan berubah nama menjadi "Sehat Pria Telor".

Menu jamu Ginggang di Yogyakarta, jamu Sehat Pria hanya Rp7.000,- (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)
Menu jamu Ginggang di Yogyakarta, jamu Sehat Pria hanya Rp7.000,- (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)

Jamu Keraton Pura Pakualaman

Jamu-jamu di sini diolah dari bahan-bahan segar, diproduksi sendiri, dan turun-temurun dari garis abdi dalem Keraton Pura Pakualaman. Kisah ini dimulai sekitar tahun 1925, saat Mbah Jaya diminta Sri Paduka Pakualam VII untuk mengabdi sebagai tabib di lingkungan Pakualaman.

Sejak itu tugas keseharian Mbah Jaya tidak jauh dari segala hal yang terkait dengan jamu. Mbah Jaya memanggul amanah meracik resep-resep tradisional yang berasal dari Sri Paduka Pakualam VII.

Ketika Mbah Jaya wafat, tanggung jawab yang dipanggulnya ini diteruskan oleh sang adik, Mbah Bilowo. Mbah Bilowo pun menjadi bagian dari perjalanan kesehatan Pakualam VII.

Ilustrasi jamu Sehat Pria di kafe (warung) Ginggang Yogyakarta (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)
Ilustrasi jamu Sehat Pria di kafe (warung) Ginggang Yogyakarta (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)

Pengetahuan berkenaan dengan resep-resep serta cara meracik jejamuan ini, terus berlanjut sepeninggal Mbah Bilowo. Generasi ketiga yang mewarisi kompetensi ini adalah Mbah Kasidah.

Mbah Kasidah adalah sosok yang meroketkan Jamu Ginggang sebagai entitas bisnis. Mbah Kasidah sepenuhnya mengelola tempat dan menjajakan jamu secara keliling di Pasar Gede dan Pasar Beringharjo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun