Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Content Strategist

Penikmati cerita (story) di berbagai platform • Suka menulis kreatif (creative writing) tema gaya hidup (lifestyle) dengan gaya (style) storytelling • Senang membantu klien membangun brand story • Personal advisor/consultant strategi konten untuk branding dan marketing • Ngeronda di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Laki-Laki Tidak Bercerita, tetapi Diam-Diam Minum Jamu Sehat Pria

21 Juli 2025   06:30 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:32 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meminum jamu Sehat Pria untuk laki-laki (Sumber: Pixabay) 

Jamu Ginggang memetik keharuman nama di tengah masyarakat karena dipercaya berkhasiat, memiliki cita rasa yang "enak", dan ditawarkan Mbah Kasidah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

Suasana kafe (warung) jamu Ginggang di Yogyakarta yang menjadi tujuan wisatawan (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)
Suasana kafe (warung) jamu Ginggang di Yogyakarta yang menjadi tujuan wisatawan (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)

Jamu Ginggang: Generasi Kelima

Kini Jamu Ginggang di Jalan Masjid No 32, Pakualaman, diteruskan oleh generasi kelima. Ike Yulita Astiani atau disapa Bu Yayuk memegang tanggung jawab penuh mengelola warisan leluhurnya ini.

Sejak kecil Bu Yayuk telah dididik secara disiplin oleh keluarga besarnya mengenai proses produksi jamu tradisional. Tanggung jawab utama yang diberikan kepadanya adalah menghaluskan bahan-bahan untuk jamu seperti kunyit dan kencur.

Merunut kisah yang ditarik ke belakang, sebenarnya sejak tahun 1930 Jamu Ginggang telah menempati alamat yang sekarang. Hanya saja saat itu jamu yang dibuat Mbah Jaya berupa eplek-eplek itu, dijajakan di depan warung saat ini.

Usaha kecil-kecilan yang dirintis oleh Mbah Jaya ini, tentu saja berlangsung dengan restu. Beliau memeroleh izin dari Kadipaten untuk memproduksi dan menjual jejamuan racikannya kepada masyarakat umum.

Warung Jamu Ginggang yang menggunakan resep secara turun-temurun dari para leluhur ini, masih mempertahankan kesederhanaannya. Suasana kafe membuat Jamu Ginggang di masa kini menjadi objek atau tujuan wisata yang diminati kalangan luas.

Ibu Ike Yulita Astiani generasi kelima yang mengelola kafe (warung) jamu Ginggang di Yogyakarta (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)
Ibu Ike Yulita Astiani generasi kelima yang mengelola kafe (warung) jamu Ginggang di Yogyakarta (Sumber: Dokpri. Ang Tek Khun)

Jamu Sehat Pria

Jamu Sehat Pria menjadi bagian dalam perjalanan Jamu Ginggang. Secara keseluruhan jenis jamu yang ada, selain jamu sehat laki-laki, adalah jamu beras kencur, kunyit asem, parem, pahitan, jamu pegel laki-laki, galian putri, galian singset, jamu terlambat bulan, dan lainnya.

Dalam catatan sejarah, peran jamu telah hadir pada masa kerajaan Mataram Islam, khususnya abad ke-16 hingga abad ke-18. Dalam perkembangannya, selain di kalangan keluarga kerajaan, jamu juga digunakan kalangan bangsawan.

Secara umum jamu menempati posisi baik sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan ritual kebudayaan. Dalam lingkungan kraton, jamu menjadi bagian dari proses perawatan tubuh, menjaga kecantikan, dan memperkuat stamina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun