Mohon tunggu...
koirul anam
koirul anam Mohon Tunggu... Freelancer - Lelaki biasa yang mencintai dunia literasi.

Kehidupan penuh ragam pilihan.Berusaha menjadi kewajiban. Ketentuan sudah digariskan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Subuh yang Syahdu

20 Maret 2019   12:34 Diperbarui: 20 Maret 2019   12:46 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar: doc-pri

Karya, Wong Desa

Fajar datang bertandang. Secercah cahaya membentang di ufuk timur cakrawala, mengusir kesunyian yang menyelimuti bumi.

Lolongan srigala kelaparan itu, selalu menawarkan rasa ketakutan dalam hening mencekam, sebelum ahirnya lenyap terusir kokokan ayam jantan yang saling bersahutan.

Sejenak alam menjadi hening dalam diam. Seolah memberi celah pada lantunan suara adzan shubuh  untuk mendendang. Membangunkan jiwa-jiwa yang sedang terlena. Dalam buaian mimpi-mimpi indah yang melenakan.

Nadanya begitu merdu mendayu. Syairnya begitu indah penuh pesona. Namun, mengapa masih banyak pula hati yang luput dari sentuhan makna? Terbuai nikmat dunia yang sebenarnya hanyalah fana belaka.

Duhai, jiwa yang terlena oleh mimpi ilusi. Tidakkah bisa kau rasa akan kemuliaan shubuh yang syahdu? Tidakkah kau ingin menenggelam diri dalam samudra cinta-Nya yang selalu abadi?

Bangkit dan sadarilah!

Betapa bangun untuk melakukan shalat, itu lebih mulia daripada tidur berkawan mimpi.

***

Koirul Anam

Serutim Kobi   20 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun