"Kamu yang benar saja Pur kalau bicara. Itu semua fitnah,"kata Pak Kasmo keras sekali. Sembari berdiri dia mengambil cangkir yang terisa kopinya. Dia muntahkan kopi itu ke mukaku. Dia berlalu pergi tanpa pamit.
Aku tak mau ambil pusing. Aku nilai itu hiburan saja. Toh besok Pak Kasmo pasti ke rumahku lagi. Sebab, mau main ke rumah siapa lagi? Para tetangga sudah jengah dengannya karena kebiasaannya dulu meminta uang pelicin untuk segala urusan. (*)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!