Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemiskinan

29 April 2023   14:07 Diperbarui: 29 April 2023   14:22 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Kemiskinan itu memotong leher tanpa darah
Menjerat setiap nafas yang tak punya kuasa
Tubuh mereka meraung kesakitan
Hidup tanpa beras dan harta
Apalagi punya kuasa
Mereka hidup terasa dalam dilema
Antara kematian dan kehidupan
Menjadi nyawa yang tak kuat menahan gempuran nafas
Karena luka kemiskinan
Bisa saja menyerang di tenggorakan dan leher kita semua

Kemiskinan itu memutus urat nadi
Membuat jantung tak bergerak
Membuat dahaga dan lapar
Menyatu dalam aliran nafas udara
Karena kemiskinan telah menjadi rasa lapar
Menuju jalan menutup mata selamanya

Kemiskinan bila sudah datang
Selaksa tali yang mengikat leher
Tinggal menunggu waktu
Kematian tiba saat rasa lapar
Menghunus di segala pernafasan kehidupan

Kemiskinan bila sudah di ujung tenggorokan
Menjadi belati yang siap menyayat tubuh yang penuh luka
Karena kemiskinan sebuah tragedi kemanusiaan
Bisa melanda di setiap nafas maupun di setiap tubuh yang mulai letih
Mencari sesuap nasi yang tak pernah datang
Karena kemiskinan bagian dari tragedi kemanusiaan yang menyakitkan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun