Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sembilan Pintu Surga

20 September 2025   06:57 Diperbarui: 20 September 2025   04:59 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kam/ai

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah gunung suci, tersembunyi sembilan (nawa) pintu (kori) rahasia yang menuju surga. Pintu-pintu ini tidak terlihat oleh mata biasa, hanya bisa ditemukan oleh mereka yang memiliki jiwa murni. Sebuah legenda mengatakan bahwa sembilan dewa (jawata) menjaga setiap pintu itu, menanti siapa pun yang layak masuk.

Seorang pemuda bernama Gatra bermimpi untuk menemukan sembilan pintu tersebut. Ia memulai perjalanannya, menjelajahi hutan dan lembah. Ia bertanya kepada siapa pun yang ditemuinya tentang lokasi pintu-pintu itu, tetapi tidak ada yang tahu.

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pertapa tua di dekat sebuah gua (guwa) yang dalam dan gelap. "Anak muda," kata pertapa itu. "Pintu-pintu yang kau cari bukanlah pintu fisik. Pintu itu adalah sembilan lubang (nawa dwara) di tubuhmu sendiri."

Gatra terkejut. "Sembilan lubang? Maksud Anda?"

Pertapa itu tersenyum. "Ada sembilan lubang (babahan) di dalam dirimu: dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dua hidung untuk mencium wangi (ganda), mulut untuk berbicara, dan dua lubang lainnya. Sembilan pintu ini harus kau buka dengan kebersihan hati."

Gatra kini memahami maksudnya. Ia mengerti bahwa perjalanannya yang sebenarnya bukan mencari pintu di luar, melainkan membuka (ambuka) pintu-pintu di dalam dirinya.

Ia mulai menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Ia menggunakan matanya untuk melihat kebaikan, bukan keburukan. Ia menggunakan telinganya untuk mendengar kata-kata bijak, bukan gosip. Ia menggunakan mulutnya untuk mengucapkan kebenaran, bukan dusta. Ia menjaga setiap pintu-nya dengan hati-hati.

Setelah bertahun-tahun, Gatra merasa jiwanya menjadi ringan dan bersih. Ia tidak lagi mencari surga di luar. Ia telah menemukan surga di dalam dirinya. Ia telah berhasil membuka sembilan pintu yang dijaga oleh para dewa.

Ia kini menyadari bahwa pintu surga bukanlah sesuatu yang terbuat dari kayu atau batu. Itu adalah sembilan pintu yang harus dibuka dengan ketulusan dan kebaikan. Ia menemukan bahwa dengan menjaga sembilan pintu di dalam dirinya, ia telah berhasil menemukan jalan menuju kedamaian sejati, sebuah surga yang selalu ada di dalam hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun