Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tujuh Kuda, Satu Tujuan

20 September 2025   03:35 Diperbarui: 20 September 2025   02:35 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di pegunungan yang menjulang tinggi (parwata), hiduplah seorang Resi (pendeta) yang sangat bijaksana. Ia memiliki tujuh kuda yang paling kuat dan gagah (sapta turangga). Ke mana pun ia pergi, ia selalu menunggangi salah satu dari mereka. Namun, tujuh kuda ini sangat sulit diatur. Mereka sering kali berjalan ke arah yang berbeda-beda, membuat Resi kesulitan.

Suatu hari, seorang pemuda bernama Arga datang ke padepokan. Ia ingin belajar ilmu kehidupan dan kebijaksanaan dari sang Resi.

"Guru, ajarkan aku bagaimana cara mengendalikan kehendak, agar pikiranku tidak liar seperti kuda-kuda Guru," pinta Arga.

Sang Resi tersenyum. "Kau datang pada saat yang tepat. Hari ini, kita akan belajar tentang tujuh gunung (sapta giri) yang harus kau taklukkan di dalam dirimu."

Resi membawa Arga ke sebuah padang rumput. Ia melepaskan ketujuh kudanya. Para kuda langsung berlari ke tujuh arah yang berbeda, sibuk dengan keinginan mereka sendiri.

"Seperti itulah nafsu manusia, Nak. Ada nafsu yang ingin kekayaan, kekuasaan, dan lainnya. Mereka semua berlari ke arah yang berbeda, membuat kita tidak pernah sampai pada tujuan sejati," jelas Resi. "Tugasmu adalah membuat mereka berjalan bersama, menjadi satu kawanan yang memiliki satu tujuan."

Arga mencoba memanggil mereka satu per satu, tetapi tidak ada yang mau mendengar. Ia mencoba menarik tali kekang, tetapi tenaga kuda-kuda itu terlalu kuat. Setelah berjam-jam, ia kelelahan dan putus asa.

"Aku tidak bisa, Guru," kata Arga.

Resi menggeleng. "Kau mencoba menaklukkan mereka dengan kekuatan fisik, bukan dengan hati. Kuda tidak tunduk pada perintah, tetapi pada kepercayaan. Jika kau mempercayai mereka, dan mereka mempercayaimu, barulah kalian bisa berjalan bersama."

Arga mencoba lagi, kali ini dengan cara berbeda. Ia memejamkan mata dan berfokus pada ketenangan di dalam hatinya. Ia membayangkan tujuh kuda itu sebagai bagian dari dirinya sendiri. Ia menyalurkan energi yang tulus, bukan paksaan. Perlahan, satu kuda datang mendekat. Lalu, yang kedua, dan seterusnya, hingga ketujuhnya berkumpul di hadapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun