OLEH: Khoeri Abdul Muid
"Apa kau percaya keberuntungan datang bagi mereka yang tak pernah mengundinya?"
Aku tak pernah tahu jawabannya. Pagi ini, langkahku menuju lapangan diwarnai suara tawa dan sorak-sorai mahasiswa, mengingatkanku pada hidup yang tak pernah kudapatkan tanpa usaha keras. Upacara Haornas kali ini memang berbeda, katanya akan ada ratusan doorprize. Mungkin, untuk sekali ini, sepeda lipat yang sudah lama kuincar itu bisa kugondol pulang.
Namun, harapan seringkali hanya menjadi pemantik untuk kecewa. Sebentar lagi, mereka akan mulai memanggil nomor undian. Aku berdiri agak jauh dari panggung, tetap tersenyum menyaksikan wajah-wajah beruntung yang dengan mudah menggenggam hadiah.
Di sisi lapangan, aku lihat Maya, alumni terbaik angkatanku, menyapaku dengan lambaian antusias. Dia datang bukan hanya untuk bernostalgia, tetapi untuk membawa kabar besar: diterima beasiswa LPDP ke Universitas Leeds! Rangking 80 dunia, katanya. Wajahku ikut berbinar menyaksikan matanya yang penuh semangat.
"Pak, saya keterima di Leeds, nih!" katanya dengan senyum lebar, sambil memperlihatkan email di ponselnya.
"Serius, Maya? Wah, luar biasa!" jawabku, tidak bisa menutupi kebanggaan. "Jadi, berangkat ke Inggris, ya?"
"Betul, Pak! Masih nggak percaya, sih. Tapi rasanya nggak sabar banget. Semua berkat doa dan kerja keras, kan?" Maya menjawab, masih tercengang dengan kabar bahagianya.
"Saya bangga banget, Maya. Kamu pantas mendapatkannya," kataku, menepuk bahunya dengan bangga. "Nanti kalau sudah di Leeds, jangan lupa kirim kabar."
Dia tertawa kecil. "Pasti, Pak! Beneran terinspirasi banget sama Bapak. Dosen yang ngasih banyak arahan. Nggak sabar, deh!" Maya melambaikan tangannya, penuh semangat.