"Arrival" (2016) -- film sains-fiksi yang memperlakukan waktu bukan sebagai garis lurus, tapi sebagai dimensi yang bisa dibaca berbeda oleh tiap individu. Seperti Arrival, SORE mengajak kita berpikir bahwa masa lalu, masa kini, dan masa depan tidak benar-benar terpisah.
Dari perbandingan ini, jelas bahwa SORE tidak kalah dalam hal kedalaman pesan. Meski dibungkus dengan kisah cinta, film ini sebenarnya adalah meditasi tentang waktu dan kehilangan.
7. Waktu Sebagai Guru Kehidupan
Film ini mengajarkan sesuatu yang sederhana tapi sering kita lupakan: waktu adalah satu-satunya guru yang jujur. Kita tidak bisa mengulangnya, tidak bisa menundanya, apalagi mengendalikannya. Yang bisa kita lakukan hanyalah menerima pelajaran darinya.
Sore, yang mencoba melawan waktu, pada akhirnya menyadari bahwa kehilangan adalah bagian dari perjalanan. Dan justru karena kehilangan itu, cinta bisa terasa lebih bermakna.
8. Kesimpulan: Sebuah Pameran Emosi dan Filosofi
SORE adalah film yang berani. Ia bukan hanya menyajikan kisah cinta antara dua manusia, tapi juga mengajak penonton berdialog dengan konsep waktu, takdir, dan memori. Jonathan mungkin adalah objek cinta Sore, tapi pertarungan sejati ada antara Sore dan Waktu itu sendiri.
Film ini menegaskan bahwa cinta sejati tidak diukur dari lamanya waktu yang kita miliki, tetapi dari intensitas momen yang kita ciptakan.
Ketika kredit akhir muncul, saya hanya terdiam. Bukan karena bosan atau tidak paham, tapi karena film ini telah membangunkan kesadaran bahwa hidup ini, sesungguhnya, adalah tarian kita dengan waktu.
Apakah Anda Juga Pernah Ingin Mengulang Waktu?
Film SORE akan membuat Anda bertanya: jika Anda punya kesempatan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki satu hal, apakah Anda akan melakukannya? Atau justru membiarkan waktu berjalan apa adanya, dengan segala luka dan indahnya?