Mohon tunggu...
Khalid Umar
Khalid Umar Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Khalid adalah mahasiswa Teknik Perminyakan ITB angkatan 2015 yang menekuni analisis keenergian Indonesia. Saat ini Khalid menjabat sebagai Kepala Divisi Kajian Energi Taktis di Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan "PATRA" ITB. | Kontak kami: LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/khalid-umar-770527151/ | Email: khalidumar.itb@gmail.com | HP: 085861396841

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan featured

Bijak Menerjemahkan Naik Turun Harga BBM

12 Oktober 2018   05:33 Diperbarui: 26 Maret 2022   09:57 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyoal Dana Stabilitas BBM

Dari keseluruhan grafik di atas dapat kita perhatikan bahwa pada suatu waktu BBM tersebut dijual di atas harga keekonomian sedangkan di lain waktu BBM dijual di bawah harga keekonomian.

Kita ambil contoh harga Premium pada periode April -- Juni 2015 yang harga keekonomiannya ada di sekitar Rp 7000/liter naik pada periode Juli -- September 2015 dengan harga keekonomian Rp 8600/liter, lalu pada periode Oktober -- Desember 2015 turun ke angka Rp 6800/liter.

Jika kita perhatikan pada periode April -- Desember 2015 tersebut harga jual Premium adalah konstan di angka Rp 7300/liter. Mengapa demikian?

Inilah yang disebut dengan dana stabilitas BBM, yang mekanismenya adalah ketika harga minyak turun Pemerintah tidak serta merta menurunkan harga BBM untuk "menyimpan" margin yang kelak bisa dipakai Pertamina ketika harga minyak tinggi. Sehingga output dari mekanisme ini adalah stabilnya harga BBM ke masyarakat dan terbantunya keuangan Pertamina.

Kendatipun ketika Sudirman Said masih menjabat sebagai mentei ESDM, beliau sempat mengusulkan rancangan tentang aturan ini, namun demikian hingga saat ini payung hukum dan mekanisme pasti dalam penentuan margin untuk dana stabilisasi BBM ini belum juga dibuat oleh Pemerintah. Sehingga naik-turun harga BBM pun hanya berdasarkan hitung-hitungan keuangan Pertamina.

Kurangnya transparansi dalam hitung-hitungan harga jual itulah yang mengakibatkan misundertanding di masyarakat.

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

Bijaksana Menyikapi Harga BBM

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sejak 2004, Indonesia yang sebelumnya net exportir menjadi net importir minyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun