Malam yang hening, menjadi saksi akan sebuah kerinduan yang mendalam. Mendung dan berawan hitam tebal disertai angin sepoi, menguatkan bayangan yang hilir mudik tanpa berwujud, dan mungkin tak akan pernah terwujud.Â
Semua itu hanya berujung sebagai penguat kepekaan diri yang tercipta dan terlahir ke dalam sebuah rasa.
Rasa yang bercampur dengan kenikmatan bayangan dalam khayal. Rasa yang hanya dapat dirasakan oleh hati, hanyq dapat dicintai oleh jiwa dan hanya dapat dicium oleh bau kenyamanan.
Rasa yang hanya ada didalam diri, bukan wujud untuk berdiri tegak didepan diri. Dosakah atas rasa itu? Tidak, Tidak dan Tidak, ucap sang pembisik yang hadir untuk menegaskan bahwa rasa itu tidak dosa.Â
Rasa yang tidak akan pernah sirna, sebagai pelampiasan yang klimaks didalam memori kedamaian. Ya, rasa itu ada kawan. Rasa itu dapat terwujud dan rasa itu sangat berbau. Berbau untuk sebuah kenikmatan wujud yang hakiki.
Terimakasih Tuhan, Terimakasih atas rasa yang telah engkau titipkan.
Brebes, 18 Februari 2020