Hal ini menantang sistem pendidikan modern yang kadang terjebak dalam birokrasi dan administrasi, hingga melupakan esensi hubungan manusiawi antara guru dan murid.
c. Pembelajaran yang Mengembangkan Jiwa dan Pikiran
Prinsip idealisme menuntut agar pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil ujian atau nilai angka, tetapi pada proses refleksi dan kesadaran diri. Metode seperti diskusi filosofis, dialog, dan pembelajaran berbasis makna menjadi penting.
Misalnya, dalam pembelajaran IPA, guru tidak hanya mengajarkan hukum Newton atau teori fotosintesis, tetapi juga mengajak siswa merenungkan keindahan keteraturan alam dan kebijaksanaan Tuhan di baliknya.
d. Kurikulum yang Humanistik dan Bermakna
Implikasi lain dari idealisme adalah pentingnya kurikulum yang membentuk manusia seutuhnya (whole person). Artinya, pendidikan tidak boleh hanya menekankan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), tetapi juga seni, etika, dan filsafat.
Keseimbangan antara science dan humanities menjadi kunci agar manusia tidak menjadi "robot pintar tanpa hati".
e. Pendidikan sebagai Proses Pembebasan Diri
Bagi Hegel, idealisme adalah perjalanan menuju kebebasan kesadaran. Dalam konteks pendidikan, ini berarti pendidikan harus membebaskan manusia dari kebodohan, ketidaktahuan, dan ketergantungan.
Siswa didorong untuk berpikir kritis, mengembangkan ide, dan menemukan makna hidupnya sendiri --- bukan sekadar meniru atau menerima apa adanya.
4. Kritik terhadap Idealisme dan Tantangan Aktualisasi
Tentu saja, idealisme tidak lepas dari kritik. Banyak pihak menilai bahwa idealisme terlalu abstrak dan sulit diterapkan dalam sistem pendidikan yang nyata. Dunia modern membutuhkan keterampilan praktis, teknologi, dan inovasi yang konkret, bukan sekadar refleksi filosofis.
Namun, kritik ini justru membuka ruang bagi sintesis baru antara idealisme dan realisme. Pendidikan modern dapat menggabungkan nilai idealisme (moral, spiritual, dan etika) dengan pendekatan pragmatis dan saintifik.
Dengan cara ini, idealisme tidak lagi dianggap kuno, melainkan menjadi jiwa yang menuntun kemajuan ilmu pengetahuan.