Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pemimpin

13 November 2020   00:46 Diperbarui: 13 November 2020   00:52 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Kezia Ameilia Saktyani. Sejak kecil, aku selalu dipanggil Amei oleh orang-orang yang sudah akrab denganku. Dan untuk orang yang belum terlalu dekat, pasti memanggilku Kezia. Aku lahir di Bandung, hari Minggu tanggal 4 Mei 2003.

Suatu hari, ayahku pernah bercerita. "Dulu waktu kamu lahir itu lama sekali. Dari malam sampai berganti hari." Aku hanya diam menunggu kelanjutan ceritanya. 

"Lehermu itu waktu lahir juga kelilit ari-ari. Makannya sekarang cocok kalau mau pake baju apa saja."

"Memang ada hubungannya?." Tanyaku heran.

"Ya tidak tahu, hahaha." Ayahku tertawa karna candaannya sendiri.

Aku tidak terlalu ingat bagaimana masa kecilku, tapi aku ingat aku punya masa kecil yang cukup bahagia. Hidup bersama kedua orang tua, juga mempunyai seorang kakak laki-laki dan kakak perempuan, aku menjadi si bontot di dalam keluarga ini.

Memang benar, menjadi anak bungsu secara otomatis membuat aku memiliki sifat yang sedikit manja. Aku ingat, dulu aku dipanggil si cengeng karena selalu menangis untuk hal-hal kecil. Bahkan kakak perempuanku yang terpaut 4 tahun jarak usianya denganku 'pun sering mengolok-olok aku. Dia selalu bilang. "Dasar pengadu! Cengeng! Kamu selalu bersembunyi dibawah ketiak Mama!."

Tapi tentu saja, sebagai seorang bungsu cengeng, aku menangis dengan kencang saat di berikan perkataan seperti itu. Sambil menangis aku pasti berteriak. "Mama... Lihat Kak Tika... Kak Tika ngejek-ngejek aku." Kira-kira begitulah yang aku katakan jika berada dalam situasi seperti itu terjadi. Sintikha Millenia Saktyanti, atau yang lebih sering aku panggil Kak Tika ini adalah kakak perempuan sekaligus temanku dari kecil.

Saat aku masih kecil, aku sering sekali bermain dengan teman-teman yang rumahnya berdekatan denganku. Kami memang sepantaran, tapi seingatku, hanya aku anak perempuan saat bermain dengan mereka. Hampir setiap kali pulang bermain, ditubuhku pasti ada luka. Ya, namanya juga anak kecil, berlari sedikit pasti jatuh. Dan setelah jatuh, teman-temanku pasti berkata. "Sudah Mei, jangan menangis. Kami antar pulang sekarang, ya?." Aku senang memiliki teman yang sangat perhatian seperti mereka.

Meski begitu, tetap saja ada banyak sekali kejadian tidak menyenangkan yang terjadi padaku karena aku cengeng. Bisa dibilang aku terbully saat masih kecil karena penakut dan cengeng. Hal itu jugalah yang membuatku jadi susah mencari teman. Aku jadi anak yang tidak punya rasa percaya diri kala itu.

Namun, aku tidak mau terus berada dalam kondisi seperti itu. Saat masuk sekolah dasar, aku sedikit demi sedikit mulai membangun rasa percaya diri dan berubah. Aku mulai berani berbicara duluan kepada orang lain dan mengajak orang berteman duluan. Sehingga sekarang teman yang aku punya bukan hanya anak-anak tetangga saja, tapi juga anak dari desa sebelah yang satu sekolah denganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun