Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kapan Terakhir Kali Anda ke Warung Kopi?

1 Oktober 2019   11:02 Diperbarui: 1 Oktober 2019   11:38 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quote macam ini pun sering ditemui di warung kopi ber-WIFI saat ini (dokpri)

Dulu saya tak pernah ke warung kopi.

Praktis, kala itu posisi saya hanya sebagai 'anak rumahan' yang baik hati #halah

Eits... tapi saya tak mencap orang penyuka mangkal di warkop sebagai orang yang tidak baik lho. Jadi kalimat tadi nggak perlu dijabarkan macam-macam. :)

Mengenai warung kopi sendiri saat ini sudah berbeda dengan di masa lalu. Jika warung kopi di masa lalu identik dengan kopi hitam, maka saat ini ada banyak jenis minuman instan kemasan sachet selain kopi tubruk dan kopi instan itu sendiri. 

Tambahan fasilitas WIFI (internet nirkabel) pun cukup mewabah juga di Surabaya dan sekitarnya. Sesuatu yang bahkan jarang saya temui sewaktu datang ke Jakarta saat event Kompasianival 2016-2017. Entah apakah di Jakarta sambungan internet pribadi cukup murah sehingga kalah pamor dengan WIFI gratisan tadi.

Jika senjakala turun juga pada perusahaan koran (atau setidaknya berhenti menerbitkan versi cetak), maka sebuah warung kopi pun bisa jadi terkena imbasnya. Karena pada banyak warung kopi pun ada fasilitas baca gratis layaknya sebuah instansi umum. Tapi tentunya tak banyak jenisnya dibanding koran pada ruang tunggu konsumen di instansi tertentu tadi. 

Yang terdapat di warung kopi di Surabaya dan sekitarnya biasanya adalah Jawa Pos, Surya atau Radar Surabaya. Bandingkan dengan pelanggan rumahan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan keberadaan warung kopi yang biasanya tersebar minimal 2 gerai per-jalan. Di daerah Lontar tempat saya ngekost saat ini pun ada lebih dari 10 warung kopi ber-WIFI plus berlangganan koran.

Setidaknya, mereka yang suka mangkal di warung kopi pun masih bisa melihat-lihat lowongan atau kesempatan kerja di lembar-lembar koran tadi. Hal ini pula yang saya lakukan di masa lalu kala ponsel masih 'batangan' dan membandingkan kalaupun harus membeli koran sendiri, selain saat itu masih menganggur.

Tapi warung kopi pun kemudian tak hanya untuk mereka yang menganggur. Ada simbiosis mutualisme antara warung kopi dengan beberapa orang yang sedikit 'bergantung' ke warung kopi. Sementara sebuah warung kopi (terutama ber-WIFI) juga akan selalu menunggu mereka yang sudi datang.

Di beberapa warung kopi kadang ada TV LED berukuran besar untuk acara nonton bareng. Saat itu ada siaran pertandingan sepakbola di satu stasiun swasta (dokpri)
Di beberapa warung kopi kadang ada TV LED berukuran besar untuk acara nonton bareng. Saat itu ada siaran pertandingan sepakbola di satu stasiun swasta (dokpri)
Saat di mana banyak slot pekerjaan dengan pengunggahan data telah bersifat mobile, keberadaan warung kopi ber-WIFI pun menjadi satu kebutuhan bagi para 'pekerja lapangan' ini. Misalnya ojol, kurir, dan lain sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun