Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kapan Terakhir Kali Anda ke Warung Kopi?

1 Oktober 2019   11:02 Diperbarui: 1 Oktober 2019   11:38 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quote macam ini pun sering ditemui di warung kopi ber-WIFI saat ini (dokpri)

Kebanyakan pekerja ini memanfaatkan adanya warung kopi untuk menghemat kuota langganan internetnya. Seorang teman kurir mengungkapkan jika dia biasa mampir warung kopi untuk nebeng bermain game live Mobile Legend via ponsel secara tim. Tapi saya sendiri melihat bahwa pengguna game ini cukup mendominasi di warung kopi dan beberapa tempat lain. Mudah untuk diketahui karena para gamer biasanya menaikkan volume suaranya untuk menambah keseruan.

Perkembangan ponsel baru saat ini merambah ke penyematan baterai berukuran besar (di atas 4000 mAh). Tapi tak setiap orang lantas membuang ponsel lamanya. Begitu pula beberapa 'pekerja lapangan' yang disebut tadi. Mereka juga memanfaatkan warung kopi untuk charging baterai.

Sejumlah penjual makan keliling yang biasanya ngider dengan rombong (gerobak) pun diketahui terlibat simbiosis dengan warung kopi. Para penjual ini melihat keramaian warung kopi untuk menggaet pembeli tanpa repot berkeliling. 

Warung kopi tadi kebanyakan hanya menyediakan minuman dan snack tetapi untuk 'makan berat', tidak semua ada. Sedangkan penjual makan tadi tak menyediakan minum. 

Jadinya saling menguntungkan. Ada beberapa penjual makan gerobak berbeda pada warung kopi yang berbeda. Makanannya? Mulai dari kare, soto, nasi/bakmi goreng, tahu tek, gado-gado, bakso, lontong balap, sate, dan banyak lagi. Pembelinya ya dari beberapa jenis orang yang telah disebut di atas.

Di beberapa warung pun diketahui menjadi lahan 'sosialisasi' dari beberapa event macam anti-miras/narkoba, event kompetisi biliar (jika warung kopi tersebut ada papan biliarnya), kompetisi catur tingkat lokal (jika ada papan catur), kompetisi memancing, dan lain sebagainya.

Saat lebaran, rupanya penyuplai (biasanya emak2) snack, gorengan, kue dan lain sebagainya juga ikut libur. Jadi mejanya ya turut 'kosong-melompong'. (dokpri)
Saat lebaran, rupanya penyuplai (biasanya emak2) snack, gorengan, kue dan lain sebagainya juga ikut libur. Jadi mejanya ya turut 'kosong-melompong'. (dokpri)
Sosialisasi anti miras yang masih tertempel di sebuah dinding warung kopi meski event-nya telah lama berakhir. (dokpri)
Sosialisasi anti miras yang masih tertempel di sebuah dinding warung kopi meski event-nya telah lama berakhir. (dokpri)

Lantas, kapan saya mulai suka ke warung (kopi)?

Sejak saya harus kerja menjadi guru privat dan kelas di sebuah lembaga kursus. Saat itu saya menunggu siswa datang, yang ternyata dibatalkan. Untuk membunuh waktu saat tak ada kesibukan dan mengatasi sakit kepala saat itu, saya memesan kopi instan panas. 

Saya memang lebih suka beristirahat atau minum minuman panas untuk mengurangi sakit kepala ketimbang minum obat. Tetapi setelahnya saya memanfaatkan warung kopi untuk hal lain. Tentu saja setelah gencarnya 'internet masuk warung' pasca ponsel/tab Android membludak di pasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun