Mohon tunggu...
Mutiara Annisa
Mutiara Annisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Masa Depan Industri Keuangan dan Perbankan di Era Digital Ekonomi

8 November 2017   09:57 Diperbarui: 8 November 2017   13:48 47415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Digital economy merupakan suatu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang menggunakan teknologi digital atau internet sebagai medianya dalam berbagi kegiatan baik berkomunikasi, kolaborasi, maupun bekerjasama antar perusahaan ataupun individu yang dapat mendatangkan profit dalam perekonomian.Kegiatan tersebut dapat meliputi berbagai area yang luas, termasuk untuk jasa bisnis perbankan. Dengan keberadaan digital ekonomi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing produk dan jasa, baik di level mikro maupun makro.

Pertumbuhan era ekonomi digital bisa dibilang sangat cepat. Semua transaksi akan menggunakan basis teknologi, dan semakin banyaknya variasi model bisnis ekonomi digital yang berkembang untuk mendorong terciptanya pembagian ekonomi diantara pelaku bisnis. Perbankan pun bergerak maju dan berkolaborasi untuk meningkatkan sistem dan strategi agar masyarakat dapat membuktikan serta merasakan bahwa bertransaksi dengan bantuan teknologi itu mudah.Sehingga persaingan antar bank dan institusi keuangan sudah memasuki babak baru dalam teknologi aplikasi yang merupakan Implikasi perkembangan bisnis perbankan terhadap era digital economy.

Teknologi aplikasi dalam perbankan dinamakan dengan digital banking yang merupakan layanan perbankan dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah demi mewujudkan ekonomi digital seperti yang dicita-citakan.Digital banking yang telah berkembang sampai saat ini yaitu seperti ATM, internet banking, mobile banking, video banking, phone banking, dan SMS banking.Beberapa bank juga telah meluncurkan layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) sesuai dengan kebijakan OJK yang utamanya ditujukan untuk masyarakat yang belum memiliki akses ke perbankan.

Namun, sampai saat ini di Indonesia masih ada berbagai hambatan yang membuat perkembangan digital ekonomi terhambat, diantaranya kurangnya infrastruktur jaringan yang kurang luas sehingga belum dapat diakses semua orang. Hambatan kedua ialah kurangnya minat masyarakat Indonesia yang melakukan kegiatan ekonomi digita. Baru sekitar 35 % masyarakat Indonesia yang melakukan transaksi digital keuangan. Ketiga, kontribusi bisnis di sektor digital masih minim terdahap Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk mengatasi hal tersebut ada 5 langkah yang bisa di tempuh untuk mengembangkan digital ekonomi Indonesia.  Pertama, pengalaman konsumen, yakni perusahaan-perusahaan digital harus memberikan kesan terbaik kepada konsumen dalam menggunakan jasanya.

Sebab, konsumen di dunia digital sangat mudah berpaling ke perusahaan-perusahaan lain.Kedua, cyber security, yaitu pemerintah dan perusahaan harus bekerja sama dalam memberikan keamanan bagi transaksi yang dilakukan. Ketiga, menghubungkan online dengan offline. Gryseels mencontohkan, suatu perusahaan penjual barang harus menyiapkan tempat bagi konsumen untuk mengambil barangnya secara offline. Hal tersebut mengacu pada data 50 persen pelanggan di Amerika Serikat lebih suka mengambil barang yang dibelinya secara langsung, walaupun berbelanjanya secara online. Keempat, perusahaan juga harus menggunakan analisis berbasis data untuk menentukan kebutuhan, perilaku, dan keinginan konsumen. Kelima, berbagai perusahaan dan pemerintah harus sudah mulai membangun DNA digital. Jadi, pemerintah dan perusahaan harus mengeluarkan regulasi yang mendukung digitalisasi.

Dengan adanya digital economy diharapkan bank dapat mempermudah dalam menyimpan dan menganalisa data nasabah.Sehingga dapat membantu bank untuk menjaga hubungan dengan konsumen, mengatasi keluhan konsumen dengan lebih baik, serta dapat mengembangkan produk atau layanan yang lebih tepat dengan lebih cepat, murah, jelas dan transparan bagi konsumen.Bank lebih efisien karena ridak lagi berinvstasi dikantor cabang serta nasabah tidak perlu repot-repot ke kantor cabang misalnya untuk transfer uang ke keluarga yang berbeda daerah.

Namun dengan begitu ada beberapa tantangan digital ekonomi terhadap perkembangan bisnis perbankan yaitu seperti  pada bagian keamanan atau sekuriti, dengan semakin canggihnya teknologi keamanan seiring pula dengan makin canggihnya teknologi pencurian di ranah digital. Salah satu kejahatan yang paling sering terjadi yaitu pencurian identitas atau phising. Phising merupakan pencurian data penting milik orang lain seperti nama lengkap, alamat tempat tinggal, dan nomor telepon yang dipergunakan untuk membobol akun nasabah.

Perbankan sebagai salah satu sektor ekonomi yang menjadi roda perputaran dana di suatu negara haruslah berkembang dan mengikuti kebutuhan pasar. Perbankan harus selalu menjadi pilihan utama individu dalam melakukan kegiatan pembayaran dan kegiatan ekonomi lainnya. Untuk mencapai target dan tujuan tersebut, perbankan haruslah melakukan inovasi sesuai dengan kebutuhan dan mempermudah nasabah untuk melakukan segala kegiatan ekonominya.

Di zaman digital saat ini teknologi berkembang sangat pesat dan cepat. Dengan berkembangnya teknologi ini membuat berbagai sektor kehidupan melakukan inovasi dan juga penyesuaian untuk mempermudah manusia. Dengan sentuhan jari saja di smartphone, kini setiap orang bisa melakukan apapun dengan sangat mudah bahkan melakukan hal hal yang dulu dianggap tabu dan tidak mungkin, saat ini semua menjadi sangat mungkin karena adanya perkembangan digital yang luar biasa.

Perkembangan digital telah menyentuh seluruh aspek kehidupan termasuk sektor ekonomi perbankan. Dengan berkembanya digital ekonomi memudahkan manusia untuk melakukan kegiatan perbankannya tanpa harus datang ke kantor bank terkait. Melihat mundur kebelakang, dahulu sektor perbankan mengharuskan setiap nasabahnya untuk datang langsung ke kantor cabang untuk setiap transaksi. Mulai dari melakukan setoran tunai hingga tarikan tunai, semua itu dilakukan dengan manual dan mengharuskan setiap nasabah untuk datang dan berlama lama antri untuk dapat melakukan transaksinya. Seiring berkembangnya zaman dan juga teknologi, manusia akan melakukan berbagai cara untuk menghemat waktunya di era globalisasi ini.

Penemuan yang luar biasa dari perbankan ialah ditemukannya ATM ( Automatic Teller Machine), penemuan ini membuat setiap nasabah yang ingin melakukan tarikan tunai untuk tidak harus datang ke teller dan menunggu berlama lama. Saat ini, ATMtidak hanya dapat memenuhi kebutuhan transaki nasabah untuk melakukan tarikan tunai. Anda bisa melakukan transaksi pembayaran, transfer di mesin ini. Bahkan saat ini sudah ada ribuan ATMyang dapat melakukan setoran tunai yang semakin memudahkan nasabah untuk melakukan setiap transaksi. Hal ini membuat perbankan di Indonesia tidak terlalu gencar melakukan perluasan jaringan dengan membuka kantor cabang. Berdasarkan informasi dari Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank umum per Juli 2017 tercatat sebanyak 32.659 unit kantor. Jumlah tersebut menyusut 0,3% dibandingkan dengan kondisi pada periode yang sama pada tahun lalu yakni sebanyak 32.772 unit kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun