Seorang pemancing paruh baya pulang di pagi-pagi buta pagi ini
Matanya sayu memerah paksa,
Lelah tentu
Sisa melotot semalaman
Menangkap bergoyangnya kail di atas pelampung
Ember plastik yang dijinjingnya enteng bergoyang-goyang
Ke kiri dan ke kanan, terlihat ringan sangat
Sepercik air muncrat ditanah, setiap kali kakinya melangkah, namun
Tak tercium bau anyir
Seorang perempuan muda menyongsongnya, tergesa, dia tampak
Berlari dari lorong petak kontrakan sambil menggendong bocah lelaki kecil
Bergegas meraih ember, tak sabaran menangkap harap
Melongok isi di dalamnya, semangat
Tampak binar matanya yang bulat membayang terang di langit
Hari ini kita kurang beruntung dik .. ucapnya datar
Padahal semalaman terang bulan, biasanya ikan-ikan besar keluar sarang
Perempuan muda itu tampak melempar senyum, hatinya berbunga
Tak apa mas, kita sudah berusaha rejeki sudah ada yang membagi dengan adil
Balasnya tersenyum, setelah menangkap beberapa ikan kecil dalam ember
Nanti malam temani aku memancing ya dik ..
Sudah cukup lama kita tak menikmati indahnya malam berdua di sungai
Siapa tahu rejeki kita berlimpah seperti beberapa bulan yang silam
Ya mas, siap jawabnya tak lupa sambil melempar senyum Â
Sekarang istirahatlah mas, aku sudah siapkan kopi hangat di atas meja
Waktu beranjak terang, perlahan tampak sang penguasa hari mengintip malu-malu
Dari sebalik pohon dengan dedaunan yang dibasahi embun, kerumunan semut hitam berlarian
Mereka tampak bergotong-royong, bekerja bersama sambil menari ria memainkan sungut
Hidup memang mesti disyukuri, ikhlas menerima hasil usaha, Lalu ..
Dinikmati sepenuhnya tanpa tanda tanya!. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI