Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Semut-Semut Ngopi

4 Februari 2024   22:34 Diperbarui: 4 Februari 2024   22:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika Semut-Semut Ngopi

Semut-semut kecil itu seragam berbaju hitam
Kaki-kakinya yang mungil rapi berlarian dalam barisan
Sesekali, satu-dua diantaranya bersalaman cinta
Sembari menggenggam erat tetes-tetes kopi pada maksilanya

Semakin malam semut-semut itu kian ramai berkumpul
Antena di kepalanya yang merupa radar itu saling melacak diri
Menangkap jejak kopi manis di dalam secawan candu
Aku sengaja menyisakannya sedikit diantara cubitan kantuk      

Semut-semut kecil hitam itu selalu setia menemaniku
Disetiap harinya, disepanjang malamku yang berlarian cepat
Esok malam seperti biasa, kembali kan kusapa semut-semut itu
Bersama sisa secangkir kopi manis menggodanya pulang menuju liang

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun