Berikut tiga (3) di antaranya:
#1 KesenanganÂ
Selalu akan ada orang-orang yang menganggap membaca novel "tidak berguna" atau "tidak berisi"Â (baca: bagaimana mungkin ada orang yang menjadikan membaca sebagai kegemarannya tapi beranggapan begitu?
Bukankah semua bacaan adalah valid);
jika membaca novel saja dianggap "tidak berguna" atau "tidak berisi" bagaimana dengan novel fantasi yang ceritanya lebih banyak diisi dengan rekaan imajinasi ajaib para penulisnya?Â
Membaca, bagi saya, tak melulu soal mendapatkan ilmu pengetahuan supaya terlihat keren—meskipun boleh jadi demikian.Â
Namun, yang saya tahu, novel fantasi membuat saya bisa bersenang-senang dalam sebuah bacaan, sekalipun stres menerjang (baca: stres yang maksud bisa menimpa siapa saja dan bentuknya bisa apapun seperti deadline pekerjaan, tugas-tugas kampus, peer dari sekolah, pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya, dan lain sebagainya).Â
#2 Latihan
Sebuah fakta menarik diungkapkan oleh Academy of Sciences yang mengatakan bahwa memori seorang pembaca novel rutin 32% lebih kuat dibandingkan orang yang tidak suka membaca sama sekali.Â
Berdasarkan hal itu, jika buku non fiksi mengantarkan seseorang ke berbagai ilmu pengetahuan dan pada prosesnya melatih otak para pembacanya, novel fantasi dapat melakukannya jauh lebih baik;Â
membaca novel fantasi selain menambah kemampuan verbal saya dalam tata bahasa dan perbendaharaan kata serta meningkatkan memori ingatan saya—ada yang lebih dari itu yang bisa saya dapatkan.
Tokoh-tokoh ajaib dapat lahir dalam novel fantasi, cerita-cerita luar biasa pun dapat tercipta di dalamnya. Novel fantasi adalah wadah untuk "sesuatu" yang tak masuk akal tapi para pembaca tidak akan—terlalu—mempertanyakannya—alih-alih mempermasalahkannya.Â