"Jogja sekarang mulai kayak Jakarta. Dulu paling takut motor kena tilang, sekarang takut malah ditendang," tulis salah satu pengguna X. Sementara pengguna lainnya mengatakan, "Kasus begini harus jadi perhatian serius, jangan sampai dibiarkan."
Beberapa aktivis lalu lintas dan komunitas berkendara juga mengecam tindakan pelaku dan mendorong pihak berwajib untuk tidak hanya menangkap pelaku, tetapi juga meningkatkan patroli keamanan di titik-titik rawan kekerasan jalanan.
Fenomena road rage atau kemarahan di jalan yang berujung pada kekerasan bukanlah hal baru di Indonesia. Namun meningkatnya frekuensi kejadian ini, terutama yang terekam dan viral, menandakan adanya potensi konflik yang semakin terbuka di ruang publik. Psikolog sosial dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Andi Nurhayati, menyebut bahwa kondisi emosi pengguna jalan yang tidak stabil ditambah tekanan lalu lintas bisa memicu tindakan agresif secara spontan.
"Sayangnya, tindakan itu seringkali tidak proporsional dan malah merugikan orang yang sama sekali tidak terlibat. Karena itu penting untuk tidak hanya menindak secara hukum, tapi juga melakukan edukasi publik tentang etika berkendara dan pengendalian emosi," ujarnya.
Kekerasan jalanan yang menimpa pengendara Scoopy di Imogiri Barat menjadi pengingat keras bahwa keselamatan di jalan raya tidak hanya soal kecelakaan, tapi juga ancaman dari sesama pengguna jalan. Masyarakat berharap polisi dapat segera mengidentifikasi dan menangkap pelaku agar kejadian serupa tidak terulang. Sekaligus, penting bagi seluruh pengguna jalan untuk mengedepankan empati, etika, dan kendali diri saat berkendara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI