Mohon tunggu...
Kayla Allia
Kayla Allia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - PELAJAR

SMA NEGERI 1 CIBINONG KAB.BOGOR

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sambutan yang Berakhir Tangisan

2 Juni 2021   19:28 Diperbarui: 2 Juni 2021   19:28 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada  senin sore kami semua panik, tak biasanya Milo main sampai matahari akan tenggelam  . Kami memang suka membiarkan Milo main diluar rumah untuk bermain  dengan teman temannya.  Tapi kali ini Milo tidak pulang, kami mencari Milo mulai dari sudut sudut rumah sampai keliling kompleks tapi tak kunjung melihat keberadaan Milo. 

Aku menangis, takut terjadi apa-apa dengan Milo. Karena hari sudah mulai gelap, kami memutuskan pulang  dan menunggunya di rumah. Keesokan harinya, alangkah terkejutnya ibu saat melihat Milo tertidur lelap di depan rumah. Aku pun segera bangun dan memeluk erat tubuh Milo. Tak lupa aku memandikannya, karena tubuhnya terlihat sangat kotor.

Akhir pekan ini kami akan jalan-jalan ke Bandung, tak lupa mengajak Milo untuk ikut. Sementara Omah harus ditinggal di rumah karena ia seda ng mengandung. Sebelum berangkat kami harus pergi ke dokter hewan untuk mengecek kandungan Omah. Ternyata ada 3 anak kucing yang sedang Omah kandung.  Setelah selesai  dari dokter hewan, kami harus segera berangkat. Perjalanan 4 jam, ternyata membuat Milo tertidur lelap. Mulai dari berangkat hingga sampai ke kota Bandung, Milo tetap tertidur di tempatnya. Sesampainya di villa,kami langsung disambut dengan pohon-pohon yang sejuk dan gazebo kecil yang terletak di sampingnya. Milo terlihat sangat senang, ia lari-larian kesana kemari.

Tiga hari kami habiskan di Kota Bandung. Sekarang waktunya pulang. Sesampainya dirumah kami semua terkejut Omah ternyata sudah melahirkan 3 anak kucing. Mereka semua lucu-lucu sekali. Padahal dokter bilang, dua minggu lagi Omah akan segera melahirkan. Kini rumah semakin ramai karena  ditambah tiga ekor anak kucing. Seminggu kemudian, Milo jatuh sakit. Ia tidak mau makan dan minum apalagi bergerak, ia hanya terbaring lemas dikandangnya. Kata dokter, ternyata Milo keracunan makanan. Ia harus segera dirawat inap.

Kami setiap dua hari sekali menjenguknya, tapi Milo tak kunjung sembuh. Setiap kali aku menjenguknya, aku selalu menangis, tak tega saat biasanya dia sangat lincah kini harus terbaring lemas dengan alat infusan. Esoknya, tepat sembilan hari Milo dirawat. Ibu ditelfon oleh dokter yang menjaga Milo

"Halo selamat malam, bisa berbicara dengan Ibu Lina?" Dokter membuka percakapan


"Iya dok, dengan saya sendiri. Ada apa ya dok?" Ibu menjawab

"Ibu, mohon maaf ya bu. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, kini Milo sudah meninggal, keadaannya sudah tidak bisa diselamatkan lagi."

"Hah? Beneran dok? Saya mohon dengan sangat selamatkan Milo dok!" Ibu Memohon

"Kami minta maaf bu, Milo sudah tidak bisa diselamatkan lagi."

Seketika air mata ku jatuh. Aku tak kuasa menahan tangis. Ibu yang melihatku, langsung menenangkan. Aku tidak bisa, aku tidak percaya. Kenapa harus sekarang, Milo masih kecil. Ayah dan Ibu langsung pergi ke pet shop untuk membawa Milo pulang. Bukan dalam keadaan sehat, tapi dalam keadaan tidak bernyawa. Aku dan adikku hanya bisa menangis, kucing yang pintar ini harus dipanggil Tuhan duluan. Saat penguburan Milo, aku hanya bisa memeluk bantal dan kalung yang dipakai olehnya. Pipiku sudah basah dengan air mata. Milo dikuburkan di pekarangan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun