Kebersihan sebagian dari iman. Kata-kata yang sangat mengingatkan agar buang sampah jangan sembarangan. Mengapa sampah-sampah  masih juga berserakan? Mentang-mentang sudah tak bertuan.Â
Sungguh keterlaluan kelakuan. Tiap hari menyembah Tuhan, membuang sampah masih sembarangan. Di mana menyimpan perasaan dan kemanusiaan?Â
Lupakan. Karena akan selalu ada pembelaan. Aku ini manusia yang tak lepas dari kesalahan.Â
Tak habis pikir, mata memandang di sini, di sana ada sampah sangat mencolok mata. Belum lagi baunya menyebar ke mana-mana. Menahan napas menyesakkan dada. Pusing kepala.Â
Aku tak mengerti. Mengapa semua ini terjadi?
Tulisan "Membuang Sampah pada Tempatnya" ada terpampang di mana-mana. Entah orang-orang pada buta huruf atau buta hatinya sehingga membuang sampah masih seenaknya  tanpa rasa berdosa. Omong kosong saja. Apa itu dosa?Â
Engkau dan engkau di depan mata masih saja membuang sampah bukan pada tempatnya. Takada rasa peduli sampah mengotori tanah semesta. Mengotori ibadah. Eh, engkau malah tertawa.Â
Berkali-kali aku sudah mengingatkan, tetap terulang membuang sampah sembarangan. Tempat sampah seakan hanya jadi hiasan. Di luar dicat dengan bagus enak dipandang. Isinya kosong, fungsi utama terlupakan.Â
"Dasar sampah tak berguna. Terserah aku buang ke mana saja. Suka-suka." Mungkin ini yang ada di isi kepala mereka.Â
Rasanya ingin memecahkan kepala mereka yang keras dan melihat dengan jelas isinya apa. Apakah juga penuh dengan sampah?
Aku hanya tak habis pikir saja dengan urusan membuang sampah yang sederhana ini menjadi masalah yang luar biasa bagi mereka.Â
Urusan sederhana membuang sampah pada tempatnya bukan karena takbisa, tetapi tidak terbiasa. Ahkirnya  hanya bisa melakukan apa yang sudah biasa. Buanglah sampah di mana saja. Suka-suka. Buat apa buang pada tempatnya. Tidak akan dapat piala juga.Â
Setiap hari melihat orang-orang membuang sampah semaunya membuat kepalaku berdenyut ingin marah. Buat apa?Â
Bahkan pada hari itu di depan mataku sepasang suami istri sehabis ibadah, setelah merasakan enaknya kue-kue lalu seenaknya melempar bungkusnya ke tanah. Walaupun kutatap, sikapnya biasa saja. Mungkinkah rasa malu sudah tiada?
Akhirnya aku taktahan dan lepas kendali.Â
"Hei, monyet, Kalian! Habis ibadah buang sampah suka-suka."Â
Kenapa kini aku yang membuang kata-kata sampah dari mulutku? Jangan-jangan di hatiku  isinya yang penuh sampah nan bau.Â
Siapa gerangan yang tukang menyampah?Â
@cermindiri 22 September 2021Â