"Eh, anak mama siang-siang gini kenapa melamun saja?" tegur Bu Evi pada Bawang Merah sambil menggoda,"Lagi mikirin seseorang ya? Siapakah pangeran itu?"
"Ah, mama bikin bete saja nih. Siapa yang ngelamunin cowok lagi?! Sungut Bawang Merah kesal.
"Emangnya ada apa, anakku?" Bu Evi penasaran.
"Ma, Bawang Merah kasihan deh sama Bawang Putih dijahatin terus sama kita. Bawang Merah sudah tidak mau jahatin lagi takut nambah dosa." uneg-uneg Bawang Merah pada Ibunya.
Mendengar perkataan Bawang Merah, biji mata Bu Evi hampir meloncat ke luar,"Apa?! Apa kamu bilang Bawang Merah? Tidak, tidak bisa. Ini sudah ceritanya dari dulu Ibu dan Bawang Merah harus jahat terus. Ini sudah skenarionya tidak bisa diubah, anakku! Kita ini cuma pemain yang harus ikuti cerita. Kenapa kamu malah mau berubah. Kalau cerita tidak ada yang jahat bakal tidak seru, anakku."
"Aduuuh, Ibu. Kalau yang bikin cerita tidak mau mengubahnya, kita dong yang harus ubah sendiri. Tidak enak jadi orang jahat terus, ma. Bosan. Pokoknya mulai hari ini Bawang Merah mau ubah sejarah. Bawang Merah mau temanan sama Bawang Putih. Titik." rupanya keinginan Bawang Merah jadi orang baik sudah bulat.
"Bawang Merah, kamu bandel ya. Pokoknya tidak bisa. Kita tetap harus mengikuti alur ceritanya. Tidak seru kalau cerita ini semuanya baik-baik. Lagi pula ibu tiri itu ceritanya harus jahat gitu loh," Bu Evi pun tetap bertekad untuk memerankan dirinya sebagai ibu tiri jahat.
"Bawang Merah mau tobat saja jadi orang baik dan tidak mau kalau matinya nanti digigit sama ular berbisa dan kalajengking, ma. Makanya sebelum terlambat Bawang Merah mau tobat jadi orang baik. Bawang Merah tidak mau masuk neraka. Ih, seram."
Akhirnya Ibu menyerah dengan keinginan Bawang Merah,"Ya, sudahlah. Terserah kamu saja!"
Segera Bawang Merah menemui Bawang Putih yang sedang mencuci di sungai. Dengan wajah tersenyum ia menemui Bawang Putih untuk mengabarkan hal baik..
"Bawang Putih, kamu jangan takut ya. Saya mau jadi saudaramu yang baik mulai hari ini. Terima kasih ya kamu sudah menyadarkan saya. Maafkan saya ya Bawang Putih," Bawang Merah mengulurkan tangannya,"Maukan kamu memaafkan saya, Bawang Putih?"