Perhatian Bu Evi pada Bawang Putih dan membantu di rumahnya, lama-kelamaan menarik perhatian Pak Rahmad. Padahal tujuan Bu Evi melakukan semua itu memang untuk menarik perhatian ayah Bawang Putih.
Setahun berlalu dengan cepat. Setelah merundingkan dengan Bawang Putih, Pak Rahmad memutuskan untuk menikahi Bu Evi. Tujuannya agar Bawang Putih aada yang menjaga dan menemani. Karena Pak Rahmad sering kali harus ke luar kota. Akhirnya Bawang Putih dan Bawang Merah jadi Saudara.
Tidak lama kemudian perubahan sikap Bu Evi berubah drastis terhadap Bawang Putih. Karena tujuannya sudah tercapai. Kini Bu Evi dan Bawang Merah setiap hari kerjanya hanya berdandan dan santai-santai, sementara Bawang Putih yang harus membereskan semua pekerjaan rumah.
Menyapu, mengepel, mencuci baju, memasak, dan menyetrika semua dikerjakan Bawang Putih. Tak jarang ketika malam tiba saat hendak belajar, Bawang Putih ketiduran.
Bawang Merah yang berwajah pas-pasan semakin iri dengan kecantikan alami yang dimiliki Bawang Putih. Jadinya setiap hari Bawang Merah kerjanya kebanyakan berdandan dan melarang Bawang Putih berdandan. Takut Bawang Putih lebih cantik darinya.
Pernah suatu hari, saat mencuci baju Bawang Putih kehilangan celana chino kesayangan milik Bawang Merah yang harganya mahal. Hanyut terbawa arus sungai, sehingga tak bisa ditemukan. Tahu celana kesayangannya hilang, Bawang Merah marah besar dan melaporkan pada Ibunya. Akibatnya hari itu Bawang Putih mendapat hukuman tidak dikasih makan.
Saat demikian, Bawang Putih teringat pada Ibunya. Dalam hati Bawang Putih selalu berdoa, suatu saat ibu dan saudara tirinya akan berubah dan menyayanginya. Walau hari itu Bawang Putih tidak diberi makan, tapi ia tidak merasa kelaparan. Seperti ada satu kekuatan yang membuat perutnya terasa kenyang.
Bawang Putih melakoni semua pekerjaannya dengan riang gembira tanpa mengeluh. Bawang Putih memang anak baik dan berhati putih. Ia tidak pernah mengadukan perlakuan ibu dan saudara tirinya itu kepada Pak Rahmad.Bawang Putih dengan sabar menerima semua perlakuan buruk itu.
Perlakuan kasar Bu Evi selalu diikuti oleh Bawang Merah yang bersenang-senang di atas penderitaan Bawang Putih. Bawang Merah bersikap seperti tuan putri saja di rumah yang selalu memperbudak Bawang Putih dengan menyuruh mengerjakan ini dan itu. Ada saja yang harus dikerjakan Bawang Putih. Mencuci sepatu Bawang Merah atau disuruh membuatkan susu.
Mendapat perlakuan dari ibu dan saudara tirinya itu, Bawang Putih selalu bersabar dan tidak menyalahkan nasibnya. Ia selalu berdoa dan mohon ampunan untuk mereka yang menyakitinya.
Melihat sikap Bawang Putih yang selalu baik padanya walau sudah diperlakukan kasar, Bawang Merah diam-diam menyesali juga sikapnya selama ini. Bawang Merah jadi galau ceritanya.