Lebih lanjut, ajakan Yesus lainnya yang menjaga kita dari sikap menghakimi sesama tertuang dalam Injil Matius 5:21-22, bunyinya “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Dalam hal ini kata makian seperti Kafir!, Jahil!, menurut Yesus adalah wujud kemarahan yang mendendam yang secara tidak adil menghendaki kematian orang lain. Lagi-lagi kita harus kembali pada esensi ajaran agama itu sendiri, bahwa tak ada satu pun agama yang mengizinkan pengorbanan sesama manusia dengan alasan apapun.
Yesus selalu mengajarkan agar kita memposisikan diri kita sebagai orang lain dalam setiap tindak tanduk. Kalau tidak mau dicubit, ya kita jangan mencubit duluan, begitu kasarnya menurut saya.
Alhasil, orang-orang yang tadinya menyembah berhala, maupun penganut Yahudi banyak yang tersentuh hatinya akan ajaran Yesus. Kisah pengajaran Yesus tertuang dalam kitab suci Perjanjian Baru yang disebut Injil. Itulah mengapa sejak sekolah dasar kita semua mengenal kitab sucinya orang Kristen adalah Injil. Injil telah menggenapkan perintah Allah yang tertuang dalam hukum Taurat, artinya perintah Allah menjadi lebih relevan dan manusiawi bagi kehidupan bermasyarakat, dibandingkan melaksanakan sesuai hukum Taurat yang diturunkan Musa.
Di Antiokhia, pengikut Kristus pertama kalinya disebut Kristen – gelar yang diberikan kepada 12 rasul (murid Yesus) yang mengabarkan ajaran Kristus Yesus (sumber Injil Kisah Para Rasul 11:26). Istilah Kristen pada Bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda Christen (Kristen) atau Bahasa Inggris Christian (Kristiani).
Jalan Salib, Penderitaan dan Kematian Yesus
Ketika nama Yesus semakin terkenal dan pengikutnya bertambah banyak, ada pihak yang membenci terutama pemimpin kaum Farisi di masa kepemimpinan raja Herodes Antipas, penerus Herodes Agung. Pasalnya ajaran Yesus dinilai berani menentang raja, sementara kebencian kaum Farisi karena rasa iri ajaran Yesus lebih diterima oleh orang-orang.
Kemudian dibuatlah skenario dalam bentuk persekongkolan untuk menyingkirkan Yesus beserta ajaranNya, yakni memfitnah seolah-olah Yesus menyatakan dirinya sebagai Allah itu sendiri.
Yesus ditangkap dan diadili menurut hukum Taurat dan Romawi. Selama di pengadilan, Yesus mengalami siksaan, dipukuli, diludahi, diolok-olok, jubah terbaiknya ditanggalkan, Ia ditelanjangi oleh prajurit-prajurit dari pemuka agama (Yahudi), dari raja Herodes dan tentara Romawi. Ia masih harus berjalan dengan kondisi luka-luka ditubuh dan hatiNya menuju tempat Ia akan disalibkan. Sampai di sinilah dimulainya titik klimaks iman Kristiani.
Yesus pun saat disalibkan menjelang ajalNya merasa bahwa Allah, BapaNya telah meninggalkan Dia. Saat itu Yesus mengalami krisis iman. Ia sedih bahwa Allah, BapaNya tidak menolong di saat Ia menderita. Namun kehendak Allah adalah misteri, bahkan Yesus sendiri, Putra yang diutus Allah, tidak mengerti mengapa ia harus menderita.
Yesus yang sudah tak berdaya di kayu salib masih saja difitnah, di atas salibNya tertulis “Inilah Nabi Raja Yahudi” (disingkat INRI). Padahal, pemimpin Yahudi sendirilah yang bersekongkol untuk menyerahkan Yesus kepada raja penguasa.