Mohon tunggu...
Kartika Hayati
Kartika Hayati Mohon Tunggu... Guru

Saya merupakan seorang wanita kelahiran 1993 yang memiliki minat mendalam dalam dunia tulisan dan membaca. Kepribadian saya cukup unik, lantaran saya hanya bisa menemukan inspirasi dalam berkarya dan mengekspresikan ide-ide dalam suasana yang penuh ketenangan dan keheningan. Namun, di balik kecintaan saya pada kesunyian, saya tetap memiliki sisi yang menyukai keramaian. Hobi menulis dan membaca menjadi sarana bagi saya untuk menjelajahi berbagai pengalaman, dan juga menjadi alasan saya ada di sini. Salam kenal! :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Sebuah Ketulusan Cinta

26 September 2025   12:37 Diperbarui: 26 September 2025   12:37 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* * *

Satu tahun kemudian. . .

"Saya terima nikahnya Rania Zulaikha binti Ahmad Maulana dengan mahar 100.000 rupiah, serta seperangkat alat sholat dibayar tunai" ucap kak Rizki terdengar lantang dan jelas, serta penuh kekhusyuan lewat alat pengeras suara. Jawaban "sah" oleh kedua saksi dan para undangan pun mulai terdengar bersahut-sahutan.

"Barokallahu lakuma, wa baraka 'alaikuma, wa jama'a bainakuma fii khaiir" bisikku pelan namun jelas terdengar di telinga Rania yang saat ini dengan erat menggenggam tanganku.

"Aamiin. Makasih ya Fit.! Aku sungguh beruntung mempunyai sahabat sepertimu." Sorotan mata Rania menampakkan kalau dia menyimpan banyak rasa yang mungkin tak bisa diungkapkan satu persatu. Salah satunya, mungkin karena tak enak hati akan meninggalkanku.

"Aku juga beruntung punya sahabat sepertimu, Ran. Ayolah, jangan pasang wajah seperti itu nanti aku juga ikut-ikutan sedih. Kebahagiaan kalian berdua, juga menjadi kebahagiaanku" tuturku menegaskan sembari kuberikan senyum terindah untuknya, dengan harapan hatinya akan tenang dan tak memikirkan tentang statusku yang masih sendiri. Kemudian, terdengar seseorang membuka gagang pintu dan bersuara: "Kak Rania, kakak dipanggil tuh.! katanya sih kakak harus keluar. Soalnya, sudah ditunggu buat penandatangan, dll." ungkap gadis di balik pintu yang tak lain adalah adik sulungku. "Oo, ya kak! kita pulang yuk, kan akad nikah kak Rania dan kak Rizki sudah selesai juga. Aku kurang enak badan nih" pintanya dengan memelas. Aku pun langsung menganggukkan kepalaku sebagai tanda kalau aku menuruti permintaannya.

Amira adalah adik pertamaku, dia sekarang duduk di kelas II SMK. Dia sangat dekat denganku. Meskipun kami berdua sangat dekat. Namun, dia sangat menghormatiku sebagai kakaknya. Aku kerap kali menjadi pelipur lara baginya. Dia selalu menganggapku segalanya, terkadang bisa menjadi kakak, menjadi sahabat, dan juga menjadi ibu semenjak ibu meninggalkan kami untuk selamanya.

* * *

Ketika menuju parkiran motor roda dua, aku menggandeng tangan adikku.

"Kamu sakit apa, dek?" tanyaku penasaran.

"Dek, kamu sakit apa?" tanyaku lagi. Tanganku pun mulai meraba-raba bagian dahinya. Tapi adikku tetap diam dan tak menjawab pertanyaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun