Mohon tunggu...
Miss KarHan
Miss KarHan Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya suka menulis

"Rasa itu sastra, lalu kata ibarat mantra" -MissKarHan-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Definisi Mencintai (Masih tentang Yafi)

28 Januari 2020   10:12 Diperbarui: 28 Januari 2020   10:38 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gebrakan meja yang memekakkan telinga membuatku spontan berdiri, seketika semua pasang mata yang ada di restoran itu pun serempak memusatkan pandangannya kearah meja kami.

"Sudah ku bilang kan, jangan ganggu Yafi lagi!" Suara perempuan yang adalah tersangka penggebrakkan meja didepanku ini terdengar begitu keras sekali.

Aku yakin semua orang di restoran ini pasti bisa mendengar suara amukannya

"Ha ? maksudnya mbak apa ya ?" tanya ku sangat amat heran

"Ya.. Kamu memang sudah tidak berkirim pesan dengan Yafi lagi, lalu ini apa ? kenapa kamu bisa bersama dengan Yafi sekarang?" nada suara perempuan itu mulai sedikit menurun, mungkin dia telah sadar sedari tadi jadi tontonan seisi restoran

"Mohon maaf ya mbak, seperti yang mbak liat sendiri. Saya tidak sedang berdua-duaan dengan Yafi, disini ramai mbak" belaku seadanya, sungguh malas meladeni manusia yang sedang cemburu buta seperti ini

Hari itu adalah hari reuni SMA-ku, sejak lulus 5 tahun silam baru kali ini kami mengadakan reuni khusus kelas kami saja. Awalnya aku menolak, karena aku tau Yafi pasti hadir. Namun, demi membuktikan pada semua teman-temanku bahwa sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi antara aku dan Yafi, akhirnya aku mengiyakan.

Tak disangka, pertemuan yang sudah lama direncanakan rusak begitu saja oleh perempuan yang 1 tahun silam juga menghancurkan harapanku hanya dengan beberapa baris pesan yang dikirimnya lewat Aplikasi WhatsApp.

"Maya cukup!!" teriak Yafi, akhirnya lelaki yang sedari tadi duduk didepanku ini bersuara juga

"Kamu apa-apaan sih? Kamu masih suka sama dia?" Suaranya kambali meninggi

Aku duduk, membiarkan mereka bertengkar didepan kami semua. Teman-temanku yang lain memandangku iba. Entah apa yang ada didalam benak mereka semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun