Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lima Upaya Menata Ulang Pendidikan Nasional, Jangan Sampai Jauh Panggang dari Api!

13 Oktober 2025   07:11 Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:11 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Mendikdasmen Abdul Muti  berbincang dengan siswa saat kunjungan kerja di SDN Cimahi Mandiri 1, Cimahi, Jabar, (22/9/2025). Foto: Republika.co.id

2. Sarana dan Prasarana: Dari Gedung Menuju Gawai Interaktif

Kemendikdasmen juga menargetkan renovasi 16.111 satuan pendidikan dan pemberian perangkat pembelajaran digital berupa interactive flat panel (smartboard). Di era pascapandemi, langkah ini menjadi penting sebagai bentuk modernisasi ruang belajar yang relevan dengan generasi digital.

Meski demikian, pembaruan sarana tidak boleh berhenti pada wujud fisik atau teknologi canggih. Pendidikan yang bermakna menuntut pemanfaatan sarana itu secara kreatif dan kontekstual. Gawai digital hanya sebaik guru yang menggunakannya. Tanpa pelatihan yang memadai, smartboard bisa berakhir sebagai hiasan kelas, bukan alat belajar aktif.

Program ini perlu dibarengi dengan penguatan literasi digital bagi guru dan siswa. Integrasi teknologi seharusnya mendorong kolaborasi, bukan menambah kesenjangan antarwilayah. Inilah tantangan strategis: bagaimana menjadikan teknologi sebagai jembatan pemerataan, bukan simbol kemewahan pendidikan urban.

3. Tunjangan dan Kompetensi: Mengembalikan Martabat Profesi Guru

Abdul Mu’ti juga menyoroti pentingnya tunjangan sertifikasi dan peningkatan kompetensi guru. Langkah ini menunjukkan kesadaran pemerintah bahwa kualitas pendidikan tak mungkin tumbuh di atas kesejahteraan yang timpang. Guru yang sejahtera lebih siap mendidik dengan hati dan visi.

Program pelatihan mencakup pembelajaran mendalam, bimbingan konseling, serta penguasaan koding dan AI. Ini menandai transformasi paradigma dari pengajaran berbasis hafalan menuju kompetensi abad ke-21. Namun, pelatihan hanya efektif bila disertai sistem evaluasi dan tindak lanjut yang berkelanjutan.

Martabat guru tidak semata diukur dari tunjangan, tetapi dari penghargaan sosial yang melekat pada profesinya. Di sinilah peran pemerintah dan masyarakat: menumbuhkan ekosistem yang mendukung, bukan menghakimi. Seperti kata Paulo Freire, “Pendidikan sejati lahir dari dialog, bukan dari dominasi.”

4. AI dan Koding: Menyiapkan Anak Bangsa Hadapi Dunia Baru

Integrasi AI dan koding ke dalam kurikulum mencerminkan kesadaran baru: dunia pendidikan harus sejalan dengan perubahan zaman. Di tengah revolusi digital, penguasaan logika pemrograman dan kecerdasan buatan bukan lagi keahlian khusus, melainkan kebutuhan dasar.

Namun, penerapan AI di sekolah menuntut keseimbangan antara inovasi dan nilai kemanusiaan. Teknologi yang tidak diimbangi dengan etika bisa melahirkan generasi mekanis tanpa empati. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus berjalan beriringan dengan literasi digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun