Purbaya Menkeu Baru, Pedas di Rapat, Manis di Hati Rakyat
“Kejujuran tak selalu harus kaku kadang hadir dalam tawa yang sederhana.”
Oleh Karnita
Pendahuluan
Pernahkah kita melihat pejabat tinggi berbicara seperti koboy, lebih nyaman di warung tenda daripada podium resmi Senayan? Peristiwanya sudah lebih dari sepekan berlalu, tepatnya pada 10 September 2025, saat rapat Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, namun masih menjadi sorotan publik. Gaya bicaranya blak-blakan dan apa adanya justru mencairkan ruang politik yang biasanya kaku. Sorot matanya tajam, tapi senyumnya ringan, membuat kritik terdengar seperti candaan. Rapat yang biasanya kering angka tiba-tiba berubah layaknya obrolan santai di warung kopi.
Urgensi isu ini terasa karena publik haus akan pejabat yang berani jujur, sederhana, dan transparan. Di tengah krisis kepercayaan, sikap pedas namun lucu ala Purbaya menjadi angin segar dalam politik ekonomi nasional. Bukan hanya isi kritiknya yang penting, tetapi juga cara penyampaiannya yang membuat rakyat merasa terwakili.
Penulis tertarik mengulas fenomena ini karena gaya koboy Purbaya bukan sekadar hiburan, melainkan strategi komunikasi politik yang jarang muncul. Ia menembus tembok formalitas tanpa kehilangan substansi, sekaligus menghadirkan kritik bernas yang ditunggu masyarakat. Di sinilah relevansinya—politik yang terlalu sering kaku bisa mencair lewat humor yang cerdas.
1. Pedas di Senayan, Manis di Jalanan
Purbaya menunjukkan dua sisi yang unik: pedas saat rapat, tapi manis ketika makan sederhana di pinggir jalan. Potret dirinya yang menikmati nasi goreng kaki lima lebih membekas daripada pidato penuh jargon. Rakyat melihat seorang pejabat tinggi yang tak sungkan duduk bersama rakyat kecil, tanpa protokol berlebihan.
Sikap ini bukan basa-basi pencitraan, melainkan cara membangun kedekatan. Di tengah jarak sosial antara pejabat dan rakyat, momen seperti ini menjadi simbol kesetaraan. Dari sinilah lahir simpati—bahwa kekuasaan tak harus menutup ruang untuk tetap sederhana.