Bagi masyarakat saat ini, menghadapi kritik dengan etika adalah bentuk edukasi sosial. Ia menebarkan pesan moral yang lebih luas daripada sekadar membela diri.
5. Relevansi di Tengah Gejolak Sosial
Di tengah maraknya konflik sosial, politik, hingga media sosial, keteladanan Nabi SAW semakin mendesak untuk dihidupkan. Budaya saling serang, adu ujaran kebencian, hingga kegaduhan publik sering berawal dari ketidakmampuan menyikapi kritik.
Jika umat meneladani sikap Nabi, kritik bisa menjadi ruang dialog. Emosi bisa diarahkan menjadi energi perubahan, bukan bahan bakar perpecahan. Itulah esensi spiritual sekaligus sosial yang ditawarkan Islam.
Dengan demikian, menghadapi kritik bukan sekadar kemampuan pribadi, tetapi tanggung jawab kolektif. Sebab, kualitas bangsa juga ditentukan oleh bagaimana masyarakatnya menyikapi perbedaan.
Penutup
Dari dua kisah penting ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa kritik bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dikelola dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Respon beliau selalu mengandung nilai edukasi, bahkan mengubah lawan menjadi sahabat. Inilah teladan universal yang relevan sepanjang zaman.
Sebagaimana ungkapan bijak, "Orang besar membalas hinaan dengan karya, dan membalas kritik dengan senyum." Saat dunia penuh riuh kritik, kita justru diajak Nabi untuk merespons dengan akhlak mulia. Itulah kearifan yang membuat beliau dicintai, bahkan oleh yang semula membencinya. Wallahu a'lam.Â
Disclaimer
Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis, disusun berdasarkan referensi berita dan literatur, tidak mewakili sikap resmi lembaga mana pun.
Daftar Pustaka
- Republika. (29 Agustus 2025). Teladan Nabi Muhammad SAW Saat Menyikapi Kritik. https://www.republika.co.id
- About Islam. (2024). The Prophet Muhammad and Criticism. https://www.aboutislam.net
- Al-Bukhari, M. I. Sahih al-Bukhari. Riyadh: Darussalam.
- Muslim, I. H. Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
- Kompas. (30 Agustus 2025). Unjuk Rasa Ojol di Semarang Ricuh. https://www.kompas.com